Ikhlas dalam kecintaan
|
September 3
2012
|
|
Hebatnya rasa hingga
mempertahankan dalam waktu berkepanjangan tampa menatap dan berkomunikasi,
bertemu tampa dasar, berpisah tampa kabar, sungguh kejadian yang batil.
|
NAD/Indonesia
|
|
Cinta ikhlas |
Jam dinding sekolah
menunjukkan pukul 12:00 WIB, bertanda bel pulang akan segera berbunyi. Dan semangat
kami dari rasa kantuk pun jadi meningkat, hanya itu yang di tunggu-tunggu kala
jam terakhir waktu pelajaran. Akhirnya bel tanda pulang pun berbunyi. kiki,
kita pulang lewat sini yuk,,! Ajakan ku kepada sahabat dekat,. Iya, tunggu
bentar, aku mau beli minum,. Hmmm, beli aku satu ya.. pintaku. Sambil minum
kami melangkah pulang,. Ki, liat dia, caantik kan, rambutnya,. Hmmm, itu kakak
letting kita, jawab kiki,. Iya tau, cantik kan,? heu eu, tapi aku naksir sama sepupunya yang
satu kelas dengan kita,. Eummm, warni ya? Haha, iya, tapi malu-malu, dia juga.
Lagi asiknya bercerita akhirnya tibapun dirumah kiki, dan aku pun singgah
dirumah kiki sebelum pulang kerumah, kadang-kadang makan siang pun sering
dirumah kiki, hehe, kan enak makan dirumah orang kaya.
Selagi masih muda,
janganlah sia-siakan kegagahan jiwa untuk menimba ilmu, mencari bekal untuk
mengokohkan kecerdasan masa depan, menjadi penuntun yang bermanfaat dalam
keluarga dan sesama. Lantunan seorang ibu untuk sibuah jantungnya. Ibuku selalu
menyirami jiwaku dengan kesejukan kata-katanya disaat aku tiba dirumah. Bagai
Susana burung yang menanti waktu fajar, mengharap embun segera memanja bah
dedaunan, juga malam yang terlena kebersamaan bintang yang indah bercahaya
suci. Kala itu Perumpamaan sebuah jadwal
untuk kami, kiranya tidak ada daftar istirahat dalam jadwal kami saat itu,
setelah makan siang, buru-buru cuci badan untuk mengisi jadwal lagi ke “puloe weeh”, mau tidak mau ya harus, tak
ada istilah untuk bolos.
Assalamu’alaikum,.
Wa’alaikum salam jawab ibunya kiki sambil memegang sebuah peci miliknya kiki,
tidak sempat bertanya lagi, kikipun
keluar sambil melilit sarung dibahunya,. Yuk kita berangkat, tapi hari ini aku
tidak ada sepeda ki, bannya kempes,.
Yasudah, kita pakek sepeda ku aja, jawab kiki,. Akhirnya kamipun berangkat.
Setengah perjalanan dari rumah kiki, aku tidak pernah satukalipun absen menoleh
ke arah kanan dari perjalanan kami, aku selalu berharap setiap kesempatan bisa
melihatnya/cewe dambaanku, heheh. Kebetulan, dia pun ngaji ditempat kami juga,
satu kelas pula saat itu, tapi sebelumnya kami beda kelas, berhubung guru
pengajar lama berhalangan, digabunglah antara dua kelas kami.
Tentang sidia/idaman, banyak
hal yang kulupakan tiba saat ini. Tapi, hanya satu yang selalu aku ingat, aku
selalu mencarinya, itu terjadi bukan
dalam satu waktu saja, tiap saat. Bahkan kala berjauhan pun aku memikirkannya,.
Maaf ya bila kata-kata ini dah sering terdengar di sinetron-sinetron, tapi ada
benar aku merasakannya juga. Pernah satu malam aku sulit tertidur, saat mata
terpejam, selalu bayangannya melintas dalam hayalanku, hingga tiba sosok yang
terhayal di alam bawah sadarku. Alhamdulillah, dalam mimpi dia menghampiriku. sebuah
senyuman yang ikhlas dia utarakan padaku, terlihat sempurna dengan giginya yang
membuatku tidak bisa melupakannya sampai saat ini. Oiya, kisah ini sekitar
tahun 2002-2003 silam.
Terjadi suatu kesempatan,
saat jam istirahat, tanyaku pada sahabat. Ki, aku benaran suka dia, tiap saat
aku merasakan kedekatannya, harumnya selalu menemani kesepianku, dia begitu
indah sahabatku, apa yang harus aku lakukan?. Oia, pembaca semua pasti
penasarankan dengan nama “Sidia”
yang aku sebutkan idaman tersebut, ehemm,. Namanya Cut
puti fitria, kawan-kawannya termasuk aku juga sering menyapanya dengan
sapaan cut putri atau putri saja. Lanjut kisah, kiki menjawab, beneran kamu
suka dia, tapi tak mungkin untuk melangkah lagi Dul(sapaan nama buatku). Kenapa, karna dia cantik dan aku ini jelek
gitu? Aduh, bukan gitu dul. Sambil menggaruk kepala merasa tidak enak dengan
jawabannya tadi. Kiki lanjut lagi, dul, putri kan sudah ada yang punya, setau
aku putri pacaran sama munzir, yang satu kelas dengan dia juga,. Tapi aku
gimana, sambung aku dengan ekpresi yang sedih. Lonceng bertanda shalat ashar
pun telah berbunyi, aku tidak pernah merugikan kesempatan, selalu memburu
waktu, dengan gerak cepat mengambil wudhu menuju mushalla, meninggalkan
sahabatku dengan tujuan, saat dimushalla agar bisa lihat wajahnya lagi, walau
lewat celah pembatas kain antara laki-laki dan perempuan.
Keesokan harinya ditempat
yang sama, saat jam istirahat tiba, dengan sengaja kiki memanggilku. Dul, sini
bentar, iya kenapa ki,. Gimana kalau kamu memberikan sebuah pengakuan kepada putri,!
Maksudnya, tanyaku dengan rasa bingung, begini dul, kamu kan suka sama putri,
bagaimana kalau kamu ungkapkan perasaanmu kepadanya. Heumm,. Caranya gimana,
tanyaku dengan semangat. Itu gampang, tinggal kita postingkan saja sebuah surat
yang berisi tentang persaanmu, lalu kita masukkan kedalam tasnya, sampe rumah
pasti dia kan liat. Wau, ide yang mantap tu, dengan gembiranya aku menarik
batang hidung kiki, euhhh. Lanjut cerita selesailah sebuah surat pengakuan yang aku tulis buat
putri, tampa menunggu lagi, kami langsung memasukan sebuah Mail surat tadi
dalam tasnya putri, hmmm,. Mudah-mudahan berjalan lancar, pintaku sambil
menepuk disebalah kanan bahunya kiki.
Efek yang tak terduga malah
menerobos jiwaku, Semua rasa telah merapat dalam pikiran, apa yang akan terjadi
dan mengapa ini terjadi sebelumnya, harus apa dengan Rasa
ini, ? sekolah, ngaji dan lain-lainnya, rasanya tidak pernah aktif lagi
dalam pikiran dan perasaan kala itu, semua hampa, bagai dalam kehampaan yang hanya ada satu titik cahaya yang padu. Begitulah
yang kurasakan.
Hari-hari berlalu rasa malu
saat jumpa dengannyapun mulai terasa, sedang aku masih menunggu kabar derita
dan bahagia. Bertanya, bertanya dan bertanya, selalu tersentak dalam hati
hingga tercurah kepada kiki, yang hanya ada sebuah pertanya dalam beberapa
dialog. Betapa sulitnya menahan pilu
diantara cinta yang sedang hangat merasakan getaran jiwa, menunggu dan selalu
ku tunggu, tak pernah hadir sebuah kata balasan sesuai isi postingan mail yang
lalu, hingga waktu berjalan dengan keadaan yang merintih Suasana.
Keadaan berlalu dan
berjalan cepat, larutan pilu yang tertara dalam sebuah memory hangat rasa,
menggugah membangkitkan suasana suram, tidak akan selalu menjadi buram dalam
kejiwaan. Hingga aku putuskan untuk bisa menerima keadaan dan menghapus semua
diantara dia yang tulus ku berikan cinta. Dalam waktu yang berlalu, ragaku jua enggan
menyesuaikan diri dengannya hingga dengan tak sadarnya, sesuatu yang akan
tercatat dalam sejarah akan terjadi. Dia yang ku cinta, tak pernah memberi
tanggapan dengannya rasa, hingga berita terkhir. Jangan kau nikmati lagi indah
cintanya yang kau rasakan, buang dan relakan itu bukan anggur yang manis
untukmu, dia akan pergi meninggalkan kamu dan sahabat-sahabatnya semua,. Sebuah
informasi yang disampaikan oleh sahabatku kiki membuat hati kian tersentak. Apa
yang terjadi dengannya, hingga enggakau berkuasa memberikan informasi demikian
untukku, tanyaku sambil mengeluh. Hari senin besok dia akan pindah ke kota
pusat, dia ikut keluarganya semua tinggal di banda, informasi ini juga dari
warni sepupunya. Dengan rasa gelisahnya, seharusnya tidak lagi terlibat dalam
masalah ini, namun khendak harus ku terima bahwa semua ini memang untukku.
Setahun kemudian, semua
rasa yang ku terimapun stabil, hingga gembiranya menjalani hari-hari yang indah
dan bahagia. Bertepatan suasana lebaran haji, kami semua asik-asik berkumpul-kumpul
sambil melayangkan beberapa kembang api yang terlihat begitu indah dalam Susana
malam yang berbintang. Dalam keramaian ini aku sangat bahagia dan gembira ria,
hingga dengan tiba-tiba kiki menarik ku ke suatu tempat, layak sesuatu yang
dasyat terjadi, “Kamu mesti tau ini semua, dia telah kembali, sempat aku
melihatnya lewat di jalan dengan sepupunya. Maksudmu? Dengan rasa kebingungan
aku benaran tak paham dengan kata-kata, “masih ingat putrid yang dulu kamu
cinta mati padanya? Tiba-tiba aku terdiam tegak tampa kata dalam lamunan, “
dul, kamu kenapa? Tanya sahabatku dengan rasa cemas. Berapa saat terdiam, aku
kembali active lagi, “ kapan enggkau melihatnya, apakah dia terlihat remaja dan
cantik? Tanyaku dengan semangat, “ masih sama sperti yang dulu kamu kenal.
Dengan perasaan yang
bahagia aku hanya bisa membayangkannya dalam hari-hariku yang sepi, bagiku
tersa tak ada lagi kesampatan cinta untuk singgah. Dia yang membuatku takjub,
tak bisa ku sapa walau dalam sepatah kata, dia bergegas kembali ke tampa kabar
dan jumpa. Beginalah nasibku yang lugu dan berani memberikan cinta kepada yang
menggugah rasa.
Saat itu aku selalu mencari
kabar berita tentangnya, berbagai informasi yang memuaskan walau sekian lama
tak pernah jumpa, sayang, dar dulu perasaan ini tidak berjalanan sempurna,
bertepuk sebelah tangan, dia yang ku kasihi tak pernah menganggap ku ada. Fadlil/
:Berakhirnya
Bab I