Cinta hangat si pemula_part I


Awal kisah dari seorang insan yang  lugu akan rasa hati dengan dengan hasrat cinta, sebut saja dia dengan “Dali”, mungkin karna dia hanya merasa cinta itu tidak mungkin terjadi padanya, karena rupa dia sadari, dan jaman juga membuatnya tertekan, karena itu juga dia merasa minder dengan cewe jelas katanya.
Dalam kisah ini, Dali baru berlanjut pendidikan tingkat smu, seperti biasa tiap hadir di sekolah dali hanya melirik akan paras wajah cewe-cewe kelasnya yang belum dali kenal, karna sifatnya juga tidak berani menyapa dan mengajak kenalan, dalam hatinya tersirat, mungkinkan aku?, hanya kata-kata itu yang tiap saat terlirik dihatinya. Selain di sekolah, ternyata dali ini masih minat juga mengaji, karna awalnya juga dali  pernah apa lah di pesantren, jadi dali berlanjut di pengajian yang lumayan jauh juga dari rumahnya, tiga desa lah dari desanya tinggal. Di situ juga dali terlihat sangat bodo dan culun, memang pantes dia nyadar diri.
Berselang hari, paginya di sekolah dali melirik cewe sebelah dari kelasnya lewat celah pintu belakang kelasnya yang rusak akibat anak-anak bandel, dali melihat dengan senyuman yang indah, mungkin juga dali telah merasakan sesuatu tentang itu Karna cewe yang ia lirik itu, saat itu dali jadi sering duduk dekat pintu , kebetulan cewe yang dali tatap itu duduk searah dengan pintu belakang kelasnya, jadi kesempatan besarlah untuk dali menatap cewe yang dia suka.
Pada lain hari, salah satu dari kawan dali menghampiri dekat pintu dan menyapa; sebut saja namanya.
                Amna    : sedang ngapain bro,?
                Dali         : sedang duduk  saja
                Amna    : oiya, akhir-akhir ini kok kamu sering duduk disini, kenapa enggak duduk didepan lagi
  hayyo, lagi jatuh cinta ya?
                Dali         : waduh! Enggak kok
                Amna    : ga usah boong, jujur saja kenapa, kamu suka cewe yang depan itu kan?
                Dali         : benaran deh enggak ada.
Tiba-tiba dengan sengajanya si amna memanggil cewe tersebut;
                Amna    : Tika..
                Tika        : iya, ada apa?
                Amna    : kesini sebentar, ada yang perlu ni.
Saat itu dali tidak tau mau ngomong apa lagi dengan rasa malu yang iya rasa membuatnya keringatan;
                Amna    : tika, kenali ni kawanku, katanya dia ngefuns sama kamu
                Tika        : ,. Hai..!
Sapaan tika saat kenalan sama dali;
                Dali         : hay juga,
Dengan rasa malupun Dali tidak berani berkata apa-apa, dan kemudian;
                Tika        : Nama kamu siapa?
                Dali         : nama saya Dali,.
saat itu dali menyambung lagi kata-kata;
                Dali         : boleh minta tanda tangan?
Aneh,! Kenapa disaat kenalan seperti itu dali minta tanda tangan si Tika? Mungkin rasa malu yang membara, membuat dali tidak bisa mengendalikan kata-kata, tapi nasib baik pada saat itu Tika tidak bingung, Tikapun lansung megang tangan Dali dan menanda tangani tepat di telapak bagian kanan tangannya, dalam hatinya dali, sungguh apakah aku bermimpi semalam. Selesai menanda tangan, Tika lansung pamitan ingin kembali kebangku, berhunbung juga Tika sedang melengkapi catatan.
Beberapa minggu kemudian di tempat pengajiannya mau di selenggarakan acara da’wah islam, pada saat itu panitia penyelenggara acara sedang mencari pengisi acara, mulai dari pembaca al-qur’an sampai yang melantunkan nyaian-nyaian islami yang sering disapa denga Qasidah. Oiya, dalam kisah ini Tika juga ngaji dibalai pengajian tersebut, kebetulan dia tinggal di desa tersebut.
ketika itu hanya tinggal satu acara yang belum terisi, yaitu pembacaan ayat suci al-qur’an. Keesokan harinya semua santri diwajibkan hadir, guna untuk bersih-bersih dan menyiapkan tempat acara, pada saat itu dali hadir bersama kawan dekatnya, sering disapa ahyar.
Ditengah-tengah kesibukan bekerja, ahyar dipanggil oleh pimpinan dayah, singkat ceritanya abi meminta santri untuk mengisi acara baca ayat al-qur’an, dan ahyar pun menunjuk Dali sebagai pembaca al-qur’an, saat itu Dali pun tak banyak berkomentar dan menjawab insya allah.
                Malam tiba, dan acaranya pun dibuka oleh pembawa acara sampai berlanjut nama dari Dali Ahmad terpanggil sebagai pembacaan ayat suci al-qu’an.
Saat itu, Tika yang lagi asik-asik ngobrol sama teman-temannya, tiba-tiba Tika mendengar nama yang terpanggil untuk mengisi acara, pastinya nama yang dia kenal, Tika pun menoleh dan melihat ada sesuatu yang beda dalam diri dali, Alunan irama bacaan ayat pun terdengar Tika dengan suara yang lumayan merdu membuat Tika bertanya? “ itukah dia?.
Saat itu entah apa yang di rasakan tika hingga dia tersenyum kala meratapi gerak bibir pelantun ayat, hingga berakhirlah ayat yang di baca oleh Dali. Semua orang dan heran dan bertanya siapa anak itu, karna bnyak yang belum mengenal Dali, berhubung Dali baru pemula di Balai pengajian tersebut. Setelah malam itu Dali jadi pembicaraan ustaz-ustazt dan segenap santri.
                Pagi hari di sekolah tampa sengaja Dali  dan Tika searaah berjalan menuju kelas masing-masing, sambil menoleh Tika menyapa,
                Tika        : pagi
                Dali         : pagi juga,
Dan Tika pun bertanya lanjut sambil berjalan;
                Tika        : Dali ngaji di tempat kami juga ya?
                Dali         : maksudnya?
Dali tampak bingun dengan pertanyaan Tika, dan tika pun berlanjut menjelaskan;
                Tika        : minggu malam kemarin Dali kan yang isi acara di pengajian
                Dali         : iya,! Oo, jadi Tika ngaji disitu juga ya.?
                Tika        : iyalah, orang tinggalnya disitu.
Pada saat itu Dali mulai berani menyapa dan ngobrol sama cewe, tapi masi agak-agak lembut gitu, maklum, sipemula :D.
Dengan kejadian malam itu, Tika jadi penasaran sama dali, sepertinya Tika pengen mengenali Dali lebih lanjut, sampai-sampai Tika minta nomor kontak sama kawan dekatnya Dali, mulai saat itu jaringan antara Tika dan Dali mulai terkoneksi, tapi ada yang seru pada saat itu, Si dali juga lagi sibuk-sibuk mencari nomor kontak sama kawannya tika, tampa dali sadari nomor yang iya maksud sudah terhubung di smartphonnya Dali.
                Hari-hari berlajut, Dali masih belum juga dapat nomor kontaknya Tika, sampai pada akhirnya Dali lansung minta sama abangnya tika, berhunbung Dali berkawan sama abangnya Tika, saat itu abang Tika pun tampa bertanya apa-apa lansung kasih nomor kontak adiknya, dan akhirnya niat dali tersampai juga, buat dekati Tika. Tampa sabar menunggu lagi Dali miscall nomor kontok yang dikasih abanya Tika, tiba-tiba pada saat Dali calling distu keluar nama kontok yang sering mereka curhatan tiap malam, dan telfon pun di angkat, tampa basa-basi Dali lansung bertanya,
                Dali         : Tika kenapa tidak jujur?
                Tika        : maaf ya, Tika malu.
                Dali         : kenapa mesti malu?
                Tika        : rasanya tak pantas aja, maafin Tika ya, Dali tau ini nomor Tika dari siapa?
                Dali         : Dari abang Tika lansung
                Tika        : apa? Abang Tika?
                Dali         :Kenapa, tidak boleh ya?
                Tika        : bukan begitu, memang abang Tika enggak bila apa-apa saat Dali minta nomor Tika?
                Dali         : enggak, dia terlihat ramah dan sanatai.
Semenjak mereka terkoneksi, mereka jadi semakin akrab dan saling curhat serta saling membagi. Saat itu juga Dali yang dulu malu sama cewe, sekarang malah seolah-olah dia bias taklukkan cewe-cewe, padahal itu semua hayalan saja.
Hari-hari yang Dali lalui sekarang telah banyak berubah, yang dulunya murung, culun, dan pemalu, saat ini Dali jadi lebih bahagia menjalani hari-harinya bersama Tika, etss,jangan kebawa dulu pembaca setia, meraka berdua ini belum jadian, mungkin si Dalinya ya yang serba malu, maklum sipemula :D.
                Di pengajian Tika sering bercerita tentang dali sama teman-temannya, begitu juga Dali, boleh dibilang saat itu cinta merekan bertepuk sempurna(dua tangan).
Di sedang asik-asik ngobrol, Dali di panggil oleh seorang uztazd;
                Ustazd  : Dali, sebentar.
                Dali         : iya, ustazd ada apa gerangan.
                Ustazd  : begini, sebentar lagi bulan mauled tiba, sudi kiranya Dali membantu anak-anak belajar
                                  Dzikir,?
                Dali         : subhanallah! Insya allah saya sudi ustazd.
                Ustazd  : alhmadulillah, kalau begitu mulai malam senin besok kita buka pembelajarannnya ya.
                Dali         : iya, insya allah ustazd.
Mendengar khabar tersebut Dali jadi bahagia, dan Dali pun mulai mempersiapkan dzikir-dzikir yang akan dia bawa untuk pembelajaran di malam pembukaan.
Dan Akhirnya senin malam pun kunjung tiba, saat itu acara lansung dimulai dengan dzikir yang di persilahkan kepada Dali. Dzikir pertama yang iya bawa, ternyata Tika hadir malam itu, dengan tidak sengajanya Tika mendengar alunan dengan irama yang mebuat rasa hati jadi sejuk, saat itu juuga Tika pamitan izin kekamar mandi alasannya, kala itu Tika berdiri sejenak dekat dinding dari mushalla yang terus meratapi Dali yang nian bergairah dengan alunan iramanya sendiri.
                Pada malam itu, perasaan Tika makin menjadi-menjadi akan Dali, entah pun sama Suaranya ataukah memang sempurna akan orangnya, yang jelas saat itu Tika mulai naksir sama Dali tampa Dali menyadarinya. Pada waktu itu mereka tidak habis-habisnya tiap saat selalu berkomunikasi lewat pesan singkat maupun telfonan.
Lain lagi dengan perasaan dali, dia tidak berani mengutarakan perasaannya sama Tika, padahal saat itu Dali sangat meyakini bahwa itulah waktunya untuk mengatakan sesuatu tentang perasaan, namun tak kunjung juga kata-kata itu keluar dari mulud dali.
`               Beberapa hari kemudian, Dali yang terlihat sangat bahagia dengan perasaannya, akhirnya jum’ad malam tanggal 08 april 2009, dali memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya, tampa dia tunggu saat yang lain, munggkin karna tidak sanggup menahan lagi rasa yang iya terima dari Tika, jam 08:29 WIB malam itu Dali menghubungi Tika lewat telfon genggamnya, dan akhirnya terhubung dengan tika;
                Tika        : halo, assalamu’alaikum
                Dali         : wa’alaikum salam, apa kabar Tika mlam ini?
                Tika        : alhmadulillah baik, Dali sendiri bagaimana?
                Dali         : Alhamdulillah juga, Tika sedang ngapain?
                Tika        :eummmm, sedang duduk saja ni depan rumah,kalo dali lagi ngapain?
                Dali         : lagi duduk juga ni depan rumah,oia Tika, ada sesuatu yang dali ingin katakan
                 Kepada Tika Malam ini.
                Tika        : katakana saja, tentantang apa?
Pada saat itu Dali meras deg-degan dengan pertanyaan Tika, rasa was-wasdari Dali akan mengungkapkan semuanya tentang perasaan;
                Dali         : Tika, Dali ingin berkata jujur malam mini sama Tika tentang perasaan dali, sebenarnya
                                   Dari pertama Dali mengenal Tika, dali telah jatuh hati sama Tika, dari pertama saat
                                    Saat Tika megang tangan Dali hendak menanda tangan.
Ketika itu Tika bertanya tentang hal lain;
                Tika        : Dali kan berhubungan sama si (sebut saja) nani?
                Dali         : haduuuh, tidak benar berita itu Tika, Dali tidak pernah merasakan yang seperti akan
                                 Orang selain Tika, jujur demi malam jum’ad yang sedang berlanjut ini.
                Tika        : yang benar dali jatuh hati sama Tika,?
                Dali         : beneran Tika, Dali tidak berdusta.
Pada saat itu jelas Tika menarik ulur akan Dali yang sedang mencurahkan isi hatinya dengan perlahan sampai tujuan kata yang dimaksud untuk di tuju.
pembicaraan antara mereka berdua pun belum juga terhubung bagaikan air dengan gula.
                Tika        : tika masih ragu dengan ungkapan Dali, Tika takut ini semua dusta.
                Dali         : jangan meragukan cintaku Tika, rasa ini murni tercipta olehmu dan untukmu. Tika,
                                  Terimalah aku jadi kekasihmu, aku percayakan semua ini, aku juga percayakan dengan
                                    Dengan kata-kata pepatah itu,” Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta”.
                Tika        : kenapa begitu?
                Dali         : dali telah berjumpa dan mengenal tika, dan Dali mengetahui keadaan Tika, hingga rasa
                                  Sayang timbul dibenak hati Dali yang paling dalam, dan samapi sekarang ini Dali telah
                                   Mencintai Tika, sebagai orang baik yang selama ini dali kenal.
                Tika        : terimakasih ya Dali?
                Dali         : Tika mau kan jadi keasih Dali?
                Tika        : maaf Dali, Tika Tidak Bisa jawabnya sekarang, berikan Tika waktu untuk menjawabnya.
                Dali         : kenapa harus ada waktu untuk menjawab ini semua tika?
                Tika        :pokoknya besok tika memberi jawabannya.
                Dali         : kalau jawaban yang dali tunggu malah membuat Dali tersakiti bagaimana Tika?
                Tika        :tunggu saja ya.
Dengan santai Tika menjawab saat Dali memberi penegasan tentang rasa yang akan terjadi.
                Dali         : Dali hanya menunggu jawaban indah dari Tika.
                Tika        :iya.
Saat itu, Tika pun meminta waktu untuk menjawab, dan Dali pun bersedia menunggu jawaban pasti dari orang yang iya yakini bahwa dia kekasih yang baik hati.

                Paginya disekolah mereka berdua bertemu kembali, tampa menunggu Tika menyapa Dali lansung menagih janji semalam, dan Tika pun masih meminta waktu agar Dali bias menunggu bebeapa saat lagi, kala itu bel pulang pun berbunyi, Tapi Tika masih juga belum memberi jawabannya, antara iya atau tidak. Disaat itu Dali terlihat sedih dan lesu terpikir akan jawaban apa yang iya terima dengan waktu hamper 20 jam belum juga ada khabar indah dari Tika.
                Suara adzan pun mulai berkumndang, bertanda waktu jum’ad sudah tiba, namun jawaban yang dali tunggu belum juga kunjung diterima Dali.
Kala itu, ibadah jum’ad pun telah usai, namun Tika belum juga mebalas pesan singkat dari dari Dali, sungguh saat itu Dali mersakan kegelisahan paling dalam.
                Beberapa pesan singkat pun terbang ke kontak Tika dari Dali yang menunggu setia, namun masih juga tidak ada respons, sungguh menyedihkan, menunggu hal indah datang, namun kunjung kesedihan.
Hingga Dali tidak tau harus bagimana lagi, harus menunggu tidak kunjung tiba, akhirnya dali menghubungi dengan calling pertama tidak ada jawabn, membuat Dali pun tidak nyaman, hingga calling yang kedua, ada jawaban;
                Tika        : iya dali, ini lagi dilab, kami les TIK hari ini.
                Dali         : kenapa Tika tidak meberi kabar satupun?
                Tika        : Tika minta maaf Dali, tadi Tika buru-buru.
                Dali         :Dali masih menunggu jawabn dari Tika, jawab dong Tika, jangan membuat Dali
                                  Menunggu lagi.
                Tika        : iya, Tika siap.
                Dali         : maksudnya?
                Tika        : kita jalani aja dulu.
                Dali         : Dali diterima?
                Tika        : iya, Tika mau jadi kekasihmu, Tika juga memilki rasa sama seperti Dali ke Tika.
                Dali         :beneran itu Tika?
                Tika        : iya, beneran, oia, Tika kanjut ini dulu ya, nanti Tika ga bisa lagi.
                Dali         :lanjut terus ya, I LOVE YOU Tika..!
                Tika        : I LOVE YOU TO.
Akhirnya cinta si Dali tidak bertepuk sebelah tangan, mereka saling mencintai satu sama lain hingga waktu..

Bersambung..

               
               




Share this

Related Posts

Previous
Next Post »