Showing posts with label Artikel cinta. Show all posts
Showing posts with label Artikel cinta. Show all posts

Tips agar dicintai penduduk langit dan bumi


Salam setia sahabat!

Mungkin kita pernah merasakan hal yang bergantian hingga mempengaruhi naluri jiwa merasakan bahwa kita tidak kuasa dalam apapun, merasa lebih rendah, dan tidak berguna.
Nah, padahal yang sebenarnya terjadi itulah rasa kejiwaan yang sadar akan saat yang berlanjutan. Kita tidak pernah menyadarinya, bahwa kecintaan kita terbenteng oleh keangkuhan sosial antara sari dan pati.

Pondok Cinta

Ikhlas dalam kecintaan

September 3

2012
Hebatnya rasa hingga mempertahankan dalam waktu berkepanjangan tampa menatap dan berkomunikasi, bertemu tampa dasar, berpisah tampa kabar, sungguh kejadian yang batil.
NAD/Indonesia





Cinta ikhlas
Semangat hari tak pernah lelah dalam mencari, suatu galian jiwa yang tak jelas kemana akan bertuju akhirnya. Hangatnya sinaran pertengahan waktu serasa berdetak begitu lama, melintasi jalur sempit dengan suasana berderu dari arah yang bergantian, sang rerumputan dikiri dan kanan bergoyang menemani perjalanan ku denga putaran roda  hanya berbekal dua telapak pendayung. Begitulah langkah perjalanan kecilku menuju pondok agama. Sebuah desa yang unik, seram, ektrem dan memberikan rasa terpanah saat meninggalkannya, itulah tempat pengajian kecilku yang sering kami sebut  denga desa ”puloe weeh”, etts,. Jangan salah dulu, itu bukan daerah yang berada di ujung aceh/sabang, tapi hanya inspirasi kami saja menyebut “puloe weeh”, dikarnakan kedudukan desa tersebut terpisah dengan desa lainnya, baik utara, selatan, timur dan barat.
Jam dinding sekolah menunjukkan pukul 12:00 WIB, bertanda bel pulang akan segera berbunyi. Dan semangat kami dari rasa kantuk pun jadi meningkat, hanya itu yang di tunggu-tunggu kala jam terakhir waktu pelajaran. Akhirnya bel tanda pulang pun berbunyi. kiki, kita pulang lewat sini yuk,,! Ajakan ku kepada sahabat dekat,. Iya, tunggu bentar, aku mau beli minum,. Hmmm, beli aku satu ya.. pintaku. Sambil minum kami melangkah pulang,. Ki, liat dia, caantik kan, rambutnya,. Hmmm, itu kakak letting kita, jawab kiki,. Iya tau, cantik kan,?  heu eu, tapi aku naksir sama sepupunya yang satu kelas dengan kita,. Eummm, warni ya? Haha, iya, tapi malu-malu, dia juga. Lagi asiknya bercerita akhirnya tibapun dirumah kiki, dan aku pun singgah dirumah kiki sebelum pulang kerumah, kadang-kadang makan siang pun sering dirumah kiki, hehe, kan enak makan dirumah orang kaya.
Selagi masih muda, janganlah sia-siakan kegagahan jiwa untuk menimba ilmu, mencari bekal untuk mengokohkan kecerdasan masa depan, menjadi penuntun yang bermanfaat dalam keluarga dan sesama. Lantunan seorang ibu untuk sibuah jantungnya. Ibuku selalu menyirami jiwaku dengan kesejukan kata-katanya disaat aku tiba dirumah. Bagai Susana burung yang menanti waktu fajar, mengharap embun segera memanja bah dedaunan, juga malam yang terlena kebersamaan bintang yang indah bercahaya suci. Kala itu Perumpamaan  sebuah jadwal untuk kami, kiranya tidak ada daftar istirahat dalam jadwal kami saat itu, setelah makan siang, buru-buru cuci badan untuk mengisi jadwal lagi ke “puloe weeh”, mau tidak mau ya harus, tak ada istilah untuk bolos.
Assalamu’alaikum,. Wa’alaikum salam jawab ibunya kiki sambil memegang sebuah peci miliknya kiki, tidak sempat bertanya  lagi, kikipun keluar sambil melilit sarung dibahunya,. Yuk kita berangkat, tapi hari ini aku tidak ada sepeda  ki, bannya kempes,. Yasudah, kita pakek sepeda ku aja, jawab kiki,. Akhirnya kamipun berangkat. Setengah perjalanan dari rumah kiki, aku tidak pernah satukalipun absen menoleh ke arah kanan dari perjalanan kami, aku selalu berharap setiap kesempatan bisa melihatnya/cewe dambaanku, heheh. Kebetulan, dia pun ngaji ditempat kami juga, satu kelas pula saat itu, tapi sebelumnya kami beda kelas, berhubung guru pengajar lama berhalangan, digabunglah antara dua kelas kami.
Tentang sidia/idaman, banyak hal yang kulupakan tiba saat ini. Tapi, hanya satu yang selalu aku ingat, aku selalu mencarinya, itu terjadi bukan dalam satu waktu saja, tiap saat. Bahkan kala berjauhan pun aku memikirkannya,. Maaf ya bila kata-kata ini dah sering terdengar di sinetron-sinetron, tapi ada benar aku merasakannya juga. Pernah satu malam aku sulit tertidur, saat mata terpejam, selalu bayangannya melintas dalam hayalanku, hingga tiba sosok yang terhayal di alam bawah sadarku. Alhamdulillah, dalam mimpi dia menghampiriku. sebuah senyuman yang ikhlas dia utarakan padaku, terlihat sempurna dengan giginya yang membuatku tidak bisa melupakannya sampai saat ini. Oiya, kisah ini sekitar tahun 2002-2003 silam.
Terjadi suatu kesempatan, saat jam istirahat, tanyaku pada sahabat. Ki, aku benaran suka dia, tiap saat aku merasakan kedekatannya, harumnya selalu menemani kesepianku, dia begitu indah sahabatku, apa yang harus aku lakukan?. Oia, pembaca semua pasti penasarankan dengan nama “Sidia” yang aku sebutkan idaman tersebut, ehemm,. Namanya  Cut puti fitria, kawan-kawannya termasuk aku juga sering menyapanya dengan sapaan cut putri atau putri saja. Lanjut kisah, kiki menjawab, beneran kamu suka dia, tapi tak mungkin untuk melangkah lagi Dul(sapaan nama buatku). Kenapa, karna dia cantik dan aku ini jelek gitu? Aduh, bukan gitu dul. Sambil menggaruk kepala merasa tidak enak dengan jawabannya tadi. Kiki lanjut lagi, dul, putri kan sudah ada yang punya, setau aku putri pacaran sama munzir, yang satu kelas dengan dia juga,. Tapi aku gimana, sambung aku dengan ekpresi yang sedih. Lonceng bertanda shalat ashar pun telah berbunyi, aku tidak pernah merugikan kesempatan, selalu memburu waktu, dengan gerak cepat mengambil wudhu menuju mushalla, meninggalkan sahabatku dengan tujuan, saat dimushalla agar bisa lihat wajahnya lagi, walau lewat celah pembatas kain antara laki-laki dan perempuan.
Keesokan harinya ditempat yang sama, saat jam istirahat tiba, dengan sengaja kiki memanggilku. Dul, sini bentar, iya kenapa ki,. Gimana kalau kamu memberikan sebuah pengakuan kepada putri,! Maksudnya, tanyaku dengan rasa bingung, begini dul, kamu kan suka sama putri, bagaimana kalau kamu ungkapkan perasaanmu kepadanya. Heumm,. Caranya gimana, tanyaku dengan semangat. Itu gampang, tinggal kita postingkan saja sebuah surat yang berisi tentang persaanmu, lalu kita masukkan kedalam tasnya, sampe rumah pasti dia kan liat. Wau, ide yang mantap tu, dengan gembiranya aku menarik batang hidung kiki, euhhh. Lanjut cerita selesailah  sebuah surat pengakuan yang aku tulis buat putri, tampa menunggu lagi, kami langsung memasukan sebuah Mail surat tadi dalam tasnya putri, hmmm,. Mudah-mudahan berjalan lancar, pintaku sambil menepuk disebalah kanan bahunya kiki.
Efek yang tak terduga malah menerobos jiwaku, Semua rasa telah merapat dalam pikiran, apa yang akan terjadi dan mengapa ini terjadi sebelumnya, harus apa dengan  Rasa ini, ? sekolah, ngaji dan lain-lainnya, rasanya tidak pernah aktif lagi dalam pikiran dan perasaan kala itu, semua hampa, bagai dalam kehampaan yang  hanya ada satu titik cahaya yang padu. Begitulah yang kurasakan.
Hari-hari berlalu rasa malu saat jumpa dengannyapun mulai terasa, sedang aku masih menunggu kabar derita dan bahagia. Bertanya, bertanya dan bertanya, selalu tersentak dalam hati hingga tercurah kepada kiki, yang hanya ada sebuah pertanya dalam beberapa dialog.  Betapa sulitnya menahan pilu diantara cinta yang sedang hangat merasakan getaran jiwa, menunggu dan selalu ku tunggu, tak pernah hadir sebuah kata balasan sesuai isi postingan mail yang lalu, hingga waktu berjalan dengan keadaan yang merintih Suasana.
Keadaan berlalu dan berjalan cepat, larutan pilu yang tertara dalam sebuah memory hangat rasa, menggugah membangkitkan suasana suram, tidak akan selalu menjadi buram dalam kejiwaan. Hingga aku putuskan untuk bisa menerima keadaan dan menghapus semua diantara dia yang tulus ku berikan cinta. Dalam waktu yang berlalu, ragaku jua enggan menyesuaikan diri dengannya hingga dengan tak sadarnya, sesuatu yang akan tercatat dalam sejarah akan terjadi. Dia yang ku cinta, tak pernah memberi tanggapan dengannya rasa, hingga berita terkhir. Jangan kau nikmati lagi indah cintanya yang kau rasakan, buang dan relakan itu bukan anggur yang manis untukmu, dia akan pergi meninggalkan kamu dan sahabat-sahabatnya semua,. Sebuah informasi yang disampaikan oleh sahabatku kiki membuat hati kian tersentak. Apa yang terjadi dengannya, hingga enggakau berkuasa memberikan informasi demikian untukku, tanyaku sambil mengeluh. Hari senin besok dia akan pindah ke kota pusat, dia ikut keluarganya semua tinggal di banda, informasi ini juga dari warni sepupunya. Dengan rasa gelisahnya, seharusnya tidak lagi terlibat dalam masalah ini, namun khendak harus ku terima bahwa semua ini memang untukku.
Setahun kemudian, semua rasa yang ku terimapun stabil, hingga gembiranya menjalani hari-hari yang indah dan bahagia. Bertepatan suasana lebaran haji, kami semua asik-asik berkumpul-kumpul sambil melayangkan beberapa kembang api yang terlihat begitu indah dalam Susana malam yang berbintang. Dalam keramaian ini aku sangat bahagia dan gembira ria, hingga dengan tiba-tiba kiki menarik ku ke suatu tempat, layak sesuatu yang dasyat terjadi, “Kamu mesti tau ini semua, dia telah kembali, sempat aku melihatnya lewat di jalan dengan sepupunya. Maksudmu? Dengan rasa kebingungan aku benaran tak paham dengan kata-kata, “masih ingat putrid yang dulu kamu cinta mati padanya? Tiba-tiba aku terdiam tegak tampa kata dalam lamunan, “ dul, kamu kenapa? Tanya sahabatku dengan rasa cemas. Berapa saat terdiam, aku kembali active lagi, “ kapan enggkau melihatnya, apakah dia terlihat remaja dan cantik? Tanyaku dengan semangat, “ masih sama sperti yang dulu kamu kenal.
Dengan perasaan yang bahagia aku hanya bisa membayangkannya dalam hari-hariku yang sepi, bagiku tersa tak ada lagi kesampatan cinta untuk singgah. Dia yang membuatku takjub, tak bisa ku sapa walau dalam sepatah kata, dia bergegas kembali ke tampa kabar dan jumpa. Beginalah nasibku yang lugu dan berani memberikan cinta kepada yang menggugah rasa.
Saat itu aku selalu mencari kabar berita tentangnya, berbagai informasi yang memuaskan walau sekian lama tak pernah jumpa, sayang, dar dulu perasaan ini tidak berjalanan sempurna, bertepuk sebelah tangan, dia yang ku kasihi tak pernah menganggap ku ada. Fadlil/
:Berakhirnya Bab I


TIPS PACARAN YANG ISLAMI dan HUKUMNYA


1. Jangan berduaan dengan pacar di tempat sepi, kecuali ditemani mahram dari sang wanita (jadi bertiga)
-
“Janganlah seorang laki-laki berkholwat (berduaan) dengan seorang wanita kecuali bersama mahromnya…”[HR Bukhori: 3006,523, Muslim 1341, Lihat Mausu'ah Al Manahi Asy Syari'ah 2/102]
-
“Tidaklah seorang lelaki bersepi-sepian (berduaan) dengan seorang perempuan melainkan setan yang ketiganya“ (HSR.Tirmidzi)
-
2. Jangan pergi dengan pacar lebih dari sehari semalam kecuali si wanita ditemani mahramnya
-
“Tidak halal bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk bepergian sehari semalam tidak bersama mahromnya.” [HR Bukhori: 1088, Muslim 1339]
-
3. Jangan berjalan-jalan dengan pacar ke tempat yang jauh kecuali si wanita ditemani mahramnya
-
“…..jangan bepergian dengan wanita kecuali bersama mahromnya….”[HR Bukhori: 3006,523, Muslim 1341]
-
4. Jangan bersentuhan dengan pacar, jangan berpelukan, jangan meraba, jangan mencium, bahkan berjabat tangan juga tidak boleh, apalagi yang lebih dari sekedar jabat tangan
-
“Seandainya kepala seseorang di tusuk dengan jarum dari besi itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (Hadits hasan riwayat Thobroni dalam Al-Mu’jam Kabir 20/174/386 dan Rauyani dalam Musnad: 1283, lihat Ash Shohihah 1/447/226)
-
Bersabda Rasulullahi Shallallahu ‘alaihi wassallam: “Sesungguhnya saya tidak berjabat tangan dengan wanita.” [HR Malik 2/982, Nasa'i 7/149, Tirmidzi 1597, Ibnu Majah 2874, ahmad 6/357, dll]
-
5. Jangan memandang aurat pacar, masing-masing harus memakai pakaian yang menutupi auratnya
-
“Katakanlah kepada orang-orang beriman laki-laki hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya..” (Al Qur’an Surat An Nur ayat 30)
-
“…zina kedua matanya adalah memandang….” (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i)
-
6. Jangan membicarakan/melakukan hal-hal yang membuat terjerumus kedalam zina
-
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang jelek” (Al Qur’an Surat Al Isra 32)
-
“Kedua tangan berzina dan zinanya adalah meraba, kedua kaki berzina dan zinanya adalah melangkah, dan mulut berzina dan zinanya adalah bicara.” (H.R. Muslim dan Abu Dawud)
-
7. Jangan menunda-nunda menikah jika sudah saling merasa cocok
-
“Wahai para pemuda ! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya”. (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi).
-
“Yang paling banyak menjerumuskan manusia ke-dalam neraka adalah mulut dan kemaluan.” (H.R. Turmudzi dan dia berkata hadits ini shahih.)
-
WARNING:
-
sebenarnya banyak ulama dan ustadz yang mengharamkan pacaran, misalnya saja ustadz Muhammad Umar as Sewed. jadi sebaiknya segera menikahlah dan jangan berpacaran…
-
sebuah syair mengatakan:
-
kadang peristiwa besar bermula dari hal-hal kecil
permulaannya memandang, lalu tersenyum, kemudian menyapa, lalu mengobrol, lantas janjian, kemudian berkencan, dan akhirnya berzina
-
Bagi yang sudah terlanjur berbuat dosa maka bertaubatlah dan jangan putus asa, Allah pasti mengampuni hambanya yang bertaubat dan memohon ampun…
-
-
-
==========================================================================
-
-
BANTAHAN ATAS ARTIKEL DIATAS
-
dari . . .
-
Komentar: Menyatakan adanya pacaran Islami sama dengan menyatakan adanya perjudian islami. Adakah perjudian Islami dalam Islam?
-
1. Pacaran di tempat rame juga nggak boleh, apalagi di tempat sepi. Yang mesti dibahas dalam masalah pergaulan antar pria bukan hanya jumlah wanita dan laki2 yang berinteraksi, tapi juga konten pembicaraannya. Di masa Rasulullah dan sahabat, konten percakapan antara laki-laki dan perempuan hanya di seputar masalah2 berikut ini: ekonomi (contoh:perdagangan), politik (co’: muhasabah terhadap penguasa), kesehatan, pendidikan, dakwah, dan pernikahan (rumah tangga). Sedangkan di luar 6 masalah tersebut, Rasulullah dan para sahabat tidak melakukan interaksi antar gender. Karena itu, bercakap-cakap hanya sekadar hanya untuk menyatakan kata2 romantis atau bercanda ria(seperti dalam pacaran), baik dalam keadaan sepi atau ramai, tidak diperbolehkan. Untuk masalah ini, coba teliti kisah2 perjalanan hidup Rasul dan sahabat yang tercantum dalam hadits ataupun sirah. Kita tidak akan pernah menemukan Rasul maupun sahabat berinteraksi dengan lawan jenis di luar 6 perkara tadi. Sedangkan dalam pacaran, saya pribadi belum pernah menemukan pacaran yang konten pembicaraannya terbatas pada 6 perkara tadi. Selalu saja ada konten pembicaraan yang tidak diperbolehkan syara (minimal bercanda).
-
2.Melakukan perjalanan kurang dari 1hari 1 malam dengan pacar juga tidak boleh. Wong pacarannya saja tidak boleh. Atau pergi dengan pacar lebih dari 1 hari 1 malam dengan ditemani mahram juga tidak boleh. Ini seperti halnya wanita bepergian bepergian lebih dari 1 ahari 1malam dengan ditemani mahram untuk keperluan berjudi. Ini tetap tidak boleh walaupun wanita tersebut ditemani mahram.Kebolehan bagi perempuan untuk bepergian lebih dari 1 hari 1 malam dengan ditemani mahram hanya diperuntukkan untuk hajat umum yang dimubahkan, yakni yang termasuk ke dalam 6 perkara tadi. KOnteks hadits yang dicantumkan pada point ke-2 memang seputar masalah2 mubah, bukan perkara2 haram seperti pacaran atau perjudian. Pemahaman yang benar terhadap hadits tersebut adalah, a)walaupun untuk keperluan mubah, wanita bepergian lebih dari 1 hari 1 malam tanpa mahram atau suami tetap tidak boleh;b)walaupun ditemani mahram atau suami, bepergian lebih dari 1 hari 1 malam untuk hal yang diharamkan tidak diperbolehkan;c)walaupun bepergian kurang dari 1 hari tanpa ditemani mahram atau suami, tetapi untuk urusan yang haram (seperti pacaran) tetap tidak boleh.
-
3)Walaupun ditemani mahram, berpacaran ke tempat jauh tetap tidak boleh, dan ke tempat dekat pun tidak boleh.
-
4)Pembahasan dalam masalah pergaulan islami, bukan hanya seputar persinggungan tubuh, tetapi juga seputar konten pembicaraan. Apabila konten pembicaraannya tidak syar’i walaupun tidak bersinggungan tubuh (berciuman atau bergandengan tangan), pergaulannya tetap haram.
-
5)Dengan menutup aurat ataupun tidak, pacaran tetap haram. Ibaratnya, perjudian tetap haram walaupun pelakunya adalah wanita yang menutup aurat.
-
-====================================
HUKUM PACARAN MENURUT ISLAM (penjelasan mengenai sebab diharamkannya pacaran)
Istilah pacaran itu sebenarnya bukan bahasa hukum, karena pengertian dan batasannya tidak sama buat setiap orang. Dan sangat mungkin berbeda dalam setiap budaya. Karena itu kami tidak akan menggunakan istilah `pacaran` dalam masalah ini, agar tidak salah konotasi.
I. Tujuan Pacaran
Ada beragam tujuan orang berpacaran. Ada yang sekedar iseng, atau mencari teman bicara, atau lebih jauh untuk tempat mencurahkan isi hati. Dan bahkan ada juga yang memang menjadikan masa pacaran sebagai masa perkenalan dan penjajakan dalam menempuh jenjang pernikahan.
Namun tidak semua bentuk pacaran itu bertujuan kepada jenjang pernikahan. Banyak diantara pemuda dan pemudi yang lebih terdorong oleh rasa ketertarikan semata, sebab dari sisi kedewasaan, usia, kemampuan finansial dan persiapan lainnya dalam membentuk rumah tangga, mereka sangat belum siap.
Secara lebih khusus, ada yang menganggap bahwa masa pacaran itu sebagai masa penjajakan, media perkenalan sisi yang lebih dalam serta mencari kecocokan antar keduanya. Semua itu dilakukan karena nantinya mereka akan membentuk rumah tangga. Dengan tujuan itu, sebagian norma di tengah masyarakat membolehkan pacaran. Paling tidak dengan cara membiarkan pasangan yang sedang pacaran itu melakukan aktifitasnya. Maka istilah apel malam minggu menjadi fenomena yang wajar dan dianggap sebagai bagian dari aktifitas yang normal.
II. Apa Yang Dilakukan Saat Pacaran ?
Lepas dari tujuan, secara umum pada saat berpacaran banyak terjadi hal-hal yang diluar dugaan. Bahkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa aktifitas pacaran pelajar dan mahasiswa sekarang ini cenderung sampai kepada level yang sangat jauh. Bukan sekedar kencan, jalan-jalan dan berduaan, tetapi data menunjukkan bahwa ciuman, rabaan anggota tubuh dan bersetubuh secara langsung sudah merupakan hal yang biasa terjadi.
Sehingga kita juga sering mendengar istilah “chek-in”, yang awalnya adalah istilah dalam dunia perhotelan untuk menginap. Namun tidak sedikit hotel yang pada hari ini berali berfungsi sebagai tempat untuk berzina pasangan pelajar dan mahasiswa, juga pasanga-pasangan tidak syah lainnya. Bahkan hal ini sudah menjadi bagian dari lahan pemasukan tersendiri buat beberapa hotel dengan memberi kesempatan chek-in secara short time, yaitu kamar yang disewakan secara jam-jaman untuk ruangan berzina bagi para pasangan di luar nikah.
Pihak pengelola hotel sama sekali tidak mempedulikan apakah pasangan yang melakukan chek-in itu suami istri atau bulan, sebab hal itu dianggap sebagai hak asasi setiap orang.
Selain di hotel, aktifitas percumbuan dan hubungan seksual di luar nikah juga sering dilakukan di dalam rumah sendiri, yaitu memanfaatkan kesibukan kedua orang tua. Maka para pelajar dan mahasiswa bisa lebih bebas melakukan hubungan seksual di luar nikah di dalam rumah mereka sendiri tanpa kecurigaan, pengawasan dan perhatian dari anggota keluarga lainnya.
Data menunjukkan bahwa seks di luar nikah itu sudah dilakukan bukan hanya oleh pasangan mahasiswa dan orang dewasa, namun anak-anak pelajar menengah atas (SLTA) dan menengah pertama (SLTP) juga terbiasa melakukannya. Pola budaya yang permisif (serba boleh) telah menjadikan hubungan pacaran sebagai legalisasi kesempatan berzina. Dan terbukti dengan maraknya kasus `hamil di luar nikah` dan aborsi ilegal.
Fakta dan data lebih jujur berbicara kepada kita ketimbang apologi. Maka jelaslah bahwa praktek pacaran pelajar dan mahasiswa sangat rentan dengan perilaku zina yang oleh sistem hukum di negeri ini sama sekali tidak dilarang. Sebab buat sistem hukum sekuluer warisan penjajah, zina adalah hak asasi yang harus dilindungi. Sepasang pelajar atau mahasiswa yang berzina, tidak bisa dituntut secara hukum. Bahkan bila seks bebas itu menghasilkan hukuman dari Allah berupa AIDS, para pelakunya justru akan diberi simpati.
III. Pacaran Dalam Pandangan Islam
a. Islam Mengakui Rasa Cinta
Islam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa. Termasuk rasa cinta kepada wanita (lawan jenis) dan lain-lainnya.
`Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik .`(QS. Ali Imran :14).
Khusus kepada wanita, Islam menganjurkan untuk mewujudkan rasa cinta itu dengan perlakuan yang baik, bijaksana, jujur, ramah dan yang paling penting dari semua itu adalah penuh dengan tanggung-jawab. Sehingga bila seseorang mencintai wanita, maka menjadi kewajibannya untuk memperlakukannya dengan cara yang paling baik.
Rasulullah SAW bersabda,`Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap pasangannya (istrinya). Dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku`.
b. Cinta Kepada Lain Jenis Hanya Ada Dalam Wujud Ikatan Formal
Namun dalam konsep Islam, cinta kepada lain jenis itu hanya dibenarkan manakala ikatan di antara mereka berdua sudah jelas. Sebelum adanya ikatan itu, maka pada hakikatnya bukan sebuah cinta, melainkan nafsu syahwat dan ketertarikan sesaat.
Sebab cinta dalam pandangan Islam adalah sebuah tanggung jawab yang tidak mungkin sekedar diucapkan atau digoreskan di atas kertas surat cinta belaka. Atau janji muluk-muluk lewat SMS, chatting dan sejenisnya. Tapi cinta sejati haruslah berbentuk ikrar dan pernyataan tanggung-jawab yang disaksikan oleh orang banyak.
Bahkan lebih `keren`nya, ucapan janji itu tidaklah ditujukan kepada pasangan, melainkan kepada ayah kandung wanita itu. Maka seorang laki-laki yang bertanggung-jawab akan berikrar dan melakukan ikatan untuk menjadikan wanita itu sebagai orang yang menjadi pendamping hidupnya, mencukupi seluruh kebutuhan hidupnya dan menjadi `pelindung` dan `pengayomnya`. Bahkan `mengambil alih` kepemimpinannya dari bahu sang ayah ke atas bahunya.
Dengan ikatan itu, jadilah seorang laki-laki itu `laki-laki sejati`. Karena dia telah menjadi suami dari seorang wanita. Dan hanya ikatan inilah yang bisa memastikan apakah seorang laki-laki itu betul serorang gentlemen atau sekedar kelas laki-laki iseng tanpa nyali. Beraninya hanya menikmati sensasi seksual, tapi tidak siap menjadi “the real man”.
Dalam Islam, hanya hubungan suami istri sajalah yang membolehkan terjadinya kontak-kontak yang mengarah kepada birahi. Baik itu sentuhan, pegangan, cium dan juga seks. Sedangkan di luar nikah, Islam tidak pernah membenarkan semua itu. Akhlaq ini sebenarnya bukan hanya monopoli agama Islam saja, tapi hampir semua agama mengharamkan perzinaan. Apalagi agama Kristen yang dulunya adalah agama Islam juga, namun karena terjadi penyimpangan besar sampai masalah sendi yang paling pokok, akhirnya tidak pernah terdengar kejelasan agama ini mengharamkan zina dan perbuatan yang menyerampet kesana.
Sedangkan pemandangan yang kita lihat dimana ada orang Islam yang melakukan praktek pacaran dengan pegang-pegangan, ini menunjukkan bahwa umumnya manusia memang telah terlalu jauh dari agama. Karena praktek itu bukan hanya terjadi pada masyarakat Islam yang nota bene masih sangat kental dengan keaslian agamanya, tapi masyakat dunia ini memang benar-benar telah dilanda degradasi agama.
Barat yang mayoritas nasrani justru merupakan sumber dari hedonisme dan permisifisme ini. Sehingga kalau pemandangan buruk itu terjadi juga pada sebagian pemuda-pemudi Islam, tentu kita tidak melihat dari satu sudut pandang saja. Tapi lihatlah bahwa kemerosotan moral ini juga terjadi pada agama lain, bahkan justru lebih parah.
c. Pacaran Bukan Cinta
Melihat kecenderungan aktifitas pasangan muda yang berpacaran, sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan bahwa pacaran itu adalah media untuk saling mencinta satu sama lain. Sebab sebuah cinta sejati tidak berbentuk sebuah perkenalan singkat, misalnya dengan bertemu di suatu kesempatan tertentu lalu saling bertelepon, tukar menukar SMS, chatting dan diteruskan dengan janji bertemu langsung.
Semua bentuk aktifitas itu sebenarnya bukanlah aktifitas cinta, sebab yang terjadi adalah kencan dan bersenang-senang. Sama sekali tidak ada ikatan formal yang resmi dan diakui. Juga tidak ada ikatan tanggung-jawab antara mereka. Bahkan tidak ada kepastian tentang kesetiaan dan seterusnya.
Padahal cinta itu adalah memiliki, tanggung-jawab, ikatan syah dan sebuah harga kesetiaan. Dalam format pacaran, semua instrumen itu tidak terdapat, sehingga jelas sekali bahwa pacaran itu sangat berbeda dengan cinta.
d. Pacaran Bukanlah Penjajakan / Perkenalan
Bahkan kalau pun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan penjajakan, atau perkenalan atau mencari titik temu antara kedua calon suami istri, bukanlah anggapan yang benar. Sebab penjajagan itu tidak adil dan kurang memberikan gambaran sesungguhnya atas data yang diperlukan dalam sebuah persiapan pernikahan.
Dalam format mencari pasangan hidup, Islam telah memberikan panduan yang jelas tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda Rasulullah SAW tentang 4 kriteria yang terkenal itu.
Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,`Wanita itu dinikahi karena 4 hal : [1] hartanya, [2] keturunannya, [3] kecantikannya dan [4] agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat. (HR. Bukhari Kitabun Nikah Bab Al-Akfa` fiddin nomor 4700, Muslim Kitabur-Radha` Bab Istihbabu Nikah zatid-diin nomor 2661)
Selain keempat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak mungkin diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting.
Inilah proses yang dikenal dalam Islam sebagai ta`aruf. Jauh lebih bermanfaat dan objektif ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan pasangan yang sedang kencan adalah menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja. Terbukti dengan mereka mengenakan pakaian yang terbaik, bermake-up, berparfum dan mencari tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal nantinya dalam berumah tangga tidak lagi demikian kondisinya.
Istri tidak selalu dalam kondisi bermake-up, tidak setiap saat berbusana terbaik dan juga lebih sering bertemu dengan suaminya dalam keadaan tanpa parfum dan acak-acakan. Bahkan rumah yang mereka tempati itu bukanlah tempat-tempat indah mereka dulu kunjungi sebelumnya. Setelah menikah mereka akan menjalani hari-hari biasa yang kondisinya jauh dari suasana romantis saat pacaran.
Maka kesan indah saat pacaran itu tidak akan ada terus menerus di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, pacaran bukanlah sebuah penjajakan yang jujur, sebaliknya bisa dikatakan sebuah penyesatan dan pengelabuhan.
Dan tidak heran bila kita dapati pasangan yang cukup lama berpacaran, namun segera mengurus perceraian belum lama setelah pernikahan terjadi. Padahal mereka pacaran bertahun-tahun dan membina rumah tangga dalam hitungan hari. Pacaran bukanlah perkenalan melainkan ajang kencan saja.
Salman Al-Farisi Radhiallaahu ‘Anhu

Salman Al-Farisi Radhiallaahu ‘Anhu



Salman Al-Farisi Radhiallaahu ‘Anhu
Jumat, 04 Juni 04
( Pencari Kebenaran )
Dari Persi datangnya pahlawan kali ini. Dan dari Persi pula Agama Islam nanti dianut oleh orang-orang Mu’min yang tidak sedikit jumlahnya, dari kalangan mereka muncul pribadi-pribadi istimewa yang tiada taranya, baik dalam bidang kedalam ilmu pengetahuan dan ilmuan dan keagamaan, maupun keduniaan.
Dan memang, salah satu dari keistimewaan dan kebesaran al-Islam ialah, setiap ia memasuki suatu negeri dari negeri-negeri Allah, maka dengan keajaiban luar biasa dibangkitkannya setiap keahlian, digerakkannya segala kemampuan serta digalinya bakat-bakat terpendam dari warga dan penduduk negeri itu, hingga bermunculanlah filosof-filosof Islam, dokter-dokter Islam, ahli-ahli falak Islam, ahli-ahli fiqih Islam, ahli-ahli ilmu pasti Islam dan penemu-penemu mutiara Islam .
Ternyata bahwa pentolan-pentolan itu berasal dari setiap penjuru dan muncul dari setiap bangsa, hingga masa-masa pertama perkembangan Islam penuh dengan tokoh-tokoh luar biasa dalam segala lapangan, baik cita maupun karsa, yang berlainan tanah air dan suku bangsanya, tetapi satu Agama. Dan perkembangan yang penuh berkah dari Agama ini telah lebih dulu dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahkan beliau telah menerima janji yang benar dari Tuhannya Yang Maha Besar lagi Maha Mengetahui. Pada suatu hari diangkatlah baginya jarak pemisah dari tempat dan waktu, hingga disaksikannyalah dengan mata kepala panji-panji Islam berkibar di kota-kota di muka bumi, serta di istana dan mahligai-mahligai para penduduknya.
Salman radhiyallahu ‘anhu sendiri turut menvaksikan hal tersebut, karena ia memang terlibat dan mempunyai hubungan erat dengan kejadian itu. Peristiwa itu terjadi waktu perang Khandaq, yaitu pada tahun kelima Hijrah. Beberapa orang pemuka Yahudi pergi ke Mekah menghasut orang-orang musyrik dan golongan-golongan kuffar agar bersekutu menghadapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Kaum Muslimin, serta mereka berjanji akan memberikan bantuan dalam perang penentuan vang akan menumbangkan serta mencabut urat akar Agama baru ini.
Siasat dan taktik perang pun diaturlah secara licik, bahwa tentara Quraisy dan Ghathfan akan menyerang kota Madinah dari luar, sementara Bani Quraidlah (Yahudi) akan menyerang-nya dari dalam — yaitu dari belakang barisan Kaum Muslimim sehingga mereka akan terjepit dari dua arah, karenanya mereka akan hancur lumat dan hanya tinggal nama belaka.
Demikianlah pada suatu hari Kaum Muslimin tiba-tiba melihat datangnya pasukan tentara yang besar mendekati kota Madinah, membawa perbekalan banyak dan persenjataan lengkap untuk menghancurkan. Kaum Muslimin panik dan mereka bagaikan kehilangan akal melihat hal yang tidak diduga-duga itu. Keadaan mereka dilukiskan oleh al-Quran sebagai berikut:
Ketika mereka datang dari sebelah atas dan dari arah bawahmu, dan tatkala pandangan matamu telah berputar liar, seolah-olah hatimu telah nakh sampai kerongkongan, dan kamu menaruh sangkaan yang bukan-bukan terhadap Allah. (Q.S. 33 al-Ahzab:l0)
Dua puluh empat ribu orang prajurit di bawah pimpinan Abu Sufyan dan Uyainah bin Hishn menghampiri kota Madinah dengan maksud hendak mengepung dan melepaskan pukulan menentukan yang akan menghabisi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Agama serta para shahabatnya.
Pasukan tentara ini tidak saja terdiri dari orang-orang Quraisy, tetapi juga dari berbagai kabilah atau suku yang menganggap Islam sebagai lawan yang membahayakan mereka. Dan peristiwa ini merupakan percobaan akhir dan menentukan dari fihak musuh-musuh Islam, baik dari perorangan, maupun dari suku dan golongan.
Kaum Muslimin menginsafi keadaan mereka yang gawat ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-pun mengumpulkan para shahabatnya untuk bermusyawarah. Dan tentu saja mereka semua setuju untuk bertahan dan mengangkat senjata, tetapi apa yang harus mereka lakukan untuk bertahan itu?
Ketika itulah tampil seorang yang tinggi jangkung dan berambut lebat, seorang yang disayangi dan amat dihormati oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Itulah dia Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu!’ Dari tempat ketinggian ia melayangkan pandang meninjau sekitar Madinah, dan sebagai telah dikenalnya juga didapatinya kota itu di lingkung gunung dan bukit-bukit batu yang tak ubah bagai benteng juga layaknya. Hanya di sana terdapat pula daerah terbuka, luas dan terbentang panjang, hingga dengan mudah akan dapat diserbu musuh untuk memasuki benteng pertahanan.
Di negerinya Persi, Salman radhiyallahu ‘anhu telah mempunyai pengalaman luas tentang teknik dan sarana perang, begitu pun tentang siasat dan liku-likunya. Maka tampillah ia mengajukan suatu usul kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu suatu rencana yang belum pernah dikenal oleh orang-orang Arab dalam peperangan mereka selama ini. Rencana itu berupa penggalian khandaq atau parit perlindungan sepanjang daerah terbuka keliling kota.
Dan hanya Allah yang lebih mengetahui apa yang akan dialami Kaum Muslimin dalam peperangan itu seandainya mereka tidak menggali parit atau usul Salman radhiyallahu ‘anhu tersebut.
Demi Quraisy menyaksikan parit terbentang di hadapannya, mereka merasa terpukul melihat hal yang tidak disangka-sangka itu, hingga tidak kurang sebulan lamanya kekuatan mereka bagai terpaku di kemah-kemah karena tidak berdaya menerobos kota.
Dan akhirnya pada suatu malam Allah Ta’ala mengirim angin topan yang menerbangkan kemah-kemah dan memporak-porandakan tentara mereka. Abu Sufyan pun menyerukan kepada anak buahnya agar kembali pulang ke kampung mereka … dalam keadaan kecewa dan berputus asa serta menderita kekalahan pahit …
Sewaktu menggali parit, Salman radhiyallahu ‘anhu tidak ketinggalan bekerja bersama Kaum Muslimin yang sibuk menggali tanah. Juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ikut membawa tembilang dan membelah batu. Kebetulan di tempat penggalian Salman radhiyallahu ‘anhu bersama kawan-kawannya, tembilang mereka terbentur pada sebuah batu besar.
Salman radhiyallahu ‘anhu seorang yang berperawakan kukuh dan bertenaga besar. Sekali ayun dari lengannya yang kuat akan dapat membelah batu dan memecahnya menjadi pecahan-pecahan kecil. Tetapi menghadapi batu besar ini ia tak berdaya, sedang bantuan dari teman-temannya hanya menghasilkan kegagalan belaka.
Salman radhiyallahu ‘anhu pergi mendapatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan minta idzin mengalihkan jalur parit dari garis semula, untuk menghindari batu besar yang tak tergoyahkan itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun pergi bersama Salman radhiyallahu ‘anhu untuk melihat sendiri keadaan tempat dan batu besar tadi. Dan setelah menyaksikannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminta sebuah tembilang dan menyuruh para shahabat mundur dan menghindarkan diri dari pecahan-pecahan batu itu nanti….
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu membaca basmalah dan mengangkat kedua tangannya yang mulia yang sedang memegang erat tembilang itu, dan dengan sekuat tenaga dihunjamkannya ke batu besar itu. Kiranya batu itu terbelah dan dari celah belahannya yang besar keluar lambaian api yang tinggi dan menerangi. “Saya lihat lambaian api itu menerangi pinggiran kota Madinah”, kata Salman radhiyallahu ‘anhu, sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan takbir, sabdanya:
Allah Maha Besar! Ahu telah dikaruniai hunci-kunci istana negeri Persi, dan dari lambaian api tadi nampak olehku dengan nyata istana-istana kerajaan Hirah begitu pun kota-kota maharaja Persi dan bahwa ummatku akan menguasai semua itu.
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat tembilang itu kembali dan memukulkannya ke batu untuk kedua kalinya. Maka tampaklah seperti semula tadi. Pecahan batu besar itu menyemburkan lambaian api yang tinggi dan menerangi, sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertakbir sabdanya:
Allah Maha Besar! Ahu telah dikaruniai kunci-kunci negeri Romawi, dan tampak nyata olehku istana-istana merahnya, dan bahwa ummatku akan menguasainya.
Kemudian dipukulkannya untuk ketiga kali, dan batu besar itu pun menyerah pecah berderai, sementara sinar yang terpancar daripadanya amat nyala dan terang temarang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun mengucapkan la ilaha illallah diikuti dengan gemuruh oleh kaum Muslimin. Lalu diceritakanlah oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau sekarang melihat istana-istana dan mahligai-mahligai di Syria maupun Shan’a, begitu pun di daerah-daerah lain yang suatu ketika nanti akan berada di bawah naungan bendera Allah yang berkibar. Maka dengan keimanan penuh Kaum Muslimin pun serentak berseru:
Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya …. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya.
Salman radhiyallahu ‘anhu adalah orang yang mengajukan saran untuk membuat parit. Dan dia pulalah penemu batu yang telah memancarkan rahasia-rahasia dan ramalan-ramalan ghaib, yakni ketika ia meminta tolong kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Ia berdiri di samping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyaksikan cahaya dan mendengar berita gembira itu. Dan dia masih hidup ketika ramalan itu menjadi kenyataan, dilihat bahkan dialami dan dirasakannya sendiri. Dilihatnya kota-kota di Persi dan Romawi, dan dilihatnya mahligai istana di Shan’a, di Mesir, di Syria dan di Irak. Pendeknya disaksikan dengan mata kepalanya bahwa seluruh permukaan bumi seakan berguncang keras, karena seruan mempesona penuh berkah yang berkumandang dari puncak menara-menara tinggi di setiap pelosok, memancarkan sinar hidayah Allah ….Nah, itulah dia sedang duduk di bawah naungan sebatang pohon yang rindang berdaun rimbun, di muka rumahnya di kota Madain; sedang menceriterakan kepada shahabat-shahabatnya perjuangan berat yang dialaminya demi mencari kebenaran, dan mengisahkan kepada mereka bagaimana ia meninggalkan agama nenek moyangnya bangsa Persi, masuk ke dalam agama Nashrani dan dari sana pindah ke dalam Agama Islam. Betapa ia telah meninggalkan kekayaan berlimpah dari orang tuanya dan menjatuhkan dirinya ke dalam lembah kemiskinan demi kebebasan fikiran dan jiwanya .. .! Betapa ia dijual di pasar budak dalam mencari kebenaran itu, bagaimana ia berjumpa dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan iman kepadanya …!
Marilah kita dekati majlisnya yang mulia dan kita dengarkan kisah menakjubkan yang diceriterakannya!
“Aku berasal dari Isfahan, warga suatu desa yang bernama “Ji”. Bapakku seorang bupati di daerah itu, dan aku merupakan makhluq Allah yang paling disayanginya. Aku membaktikan diri dalam agama majusi, hingga diserahi tugas sebagai penjaga api yang bertanggung jawab atas nyalanya dan tidak membiarkannya padam.
Bapakku memiliki sebidang tanah, dan pada suatu hari aku disuruhnya ke sana. Dalam perjalanan ke tempat tujuan, aku lewat di sebuah gereja milik kaum Nashrani. Kudengar mereka sedang sembahyang, maka aku masuk ke dalam untuk melihat apa yang mereka lakukan. Aku kagum melihat cara mereka sembahyang, dan kataku dalam hati: “Ini lebih baik dari apa yang aku anut selama ini!” Aku tidak beranjak dari tempat itu sampai matahari terbenam, dan tidak jadi pergi ke tanah milik bapakku serta tidak pula kembali pulang, hingga bapak mengirim orang untuk menyusulku.
Karena agama mereka menarik perhatianku, kutanyakan kepada orang-orang Nashrani dari mana asal-usul agama mereka. “Dari Syria”,ujar mereka.
Ketika telah berada di hadapan bapakku, kukatakan kepadanya: “Aku lewat pada suatu kaum yang sedang melakukan upacara sembahyang di gereja. Upacara mereka amat mengagumkanku. Kulihat pula agama mereka lebih baik dari agama kita”. Kami pun bersoal-jawab melakukan diskusi dengan bapakku dan berakhir dengan dirantainya kakiku dan dipenjarakannya diriku ….
Kepada orang-orang Nashrani kukirim berita bahwa aku telah menganut agama mereka. Kuminta pula agar bila datang rombongan dari Syria, supaya aku diberi tahu sebelum mereka kembali, karena aku akan ikut bersama mereka ke sana. Permintaanku itu mereka kabulkan, maka kuputuskan rantai. Lalu meloloskan diri dari penjara dan menggabungkan diri kepada rombongan itu menuju Syria.
Sesampainya di sana kutanyakan seorang ahli dalam agama itu, dijawabnya bahwa ia adalah uskup pemilik gereja. Maka datanglah aku kepadanya, kuceriterakan keadaanku. Akhirnya tinggallah aku bersamanya sebagai pelayan, melaksanakan ajaran mereka dan belajar, Sayang uskup ini seorang yang tidak baik beragamanya, karena dikumpulkannya sedekah dari orang-orang dengan alasan untuk dibagikan, ternyata disimpan untuk dirinya pribadi. Kemudian uskup itu wafat ….dan mereka mengangkat orang lain sebagai gantinya. Dan kulihat tak seorang pun yang lebih baik beragamanya dari uskup baru ini. Aku pun mencintainya demikian rupa, sehingga hatiku merasa tak seorang pun yang lebih kucintai sebelum itu dari padanya.
Dan tatkala ajalnya telah dekat, tanyaku padanya: “Sebagai anda maklumi, telah dekat saat berlakunya taqdir Allah atas diri anda. Maka apakah yang harus kuperbuat, dan siapakah sebaiknya yang harus kuhubungi. “Anakku!”, ujamya: “tak seorang pun menurut pengetahuanku yang sama langkahnya dengan aku, kecuali seorang pemimpin yang tinggal di Mosul”.
Lalu tatkala ia wafat aku pun berangkat ke Mosul dan menghubungi pendeta yang disebutkannya itu. Kuceriterakan kepadanya pesan dari uskup tadi dan aku tinggal bersamanya selama waktu yang dikehendaki Allah.
Kemudian tatkala ajalnya telah dekat pula, kutanyakan kepadanya siapa yang harus kuturuti. Ditunjukkannyalah orang shalih yang tinggal di Nasibin. Aku datang kepadanya dan ku ceriterakan perihalku, lalu tinggal bersamanya selama waktu yang dikehendaki Allah pula.
Tatkala ia hendak meninggal, kubertanya pula kepadanya. Maka disuruhnya aku menghubungi seorang pemimpin yang tinggal di ‘Amuria, suatu kota yang termasuk wilayah Romawi.
Aku berangkat ke sana dan tinggal bersamanya, sedang sebagai bekal hidup aku berternak sapi dan kambing beberapa ekor banyaknya.
Kemudian dekatlah pula ajalnya dan kutanyakan padanya kepada siapa aku dipercayakannya. Ujarnya: “Anakku.’ Tak seorang pun yang kukenal serupa dengan kita keadaannya dan dapat kupercayakan engkau padanya. Tetapi sekarang telah dekat datangnya masa kebangkitan seorang Nabi yang mengikuti agama Ibrahim secara murni. la nanti akan hijrah he suatu tempat yang ditumbuhi kurma dan terletak di antara dua bidang tanah berbatu-batu hitam. Seandainya kamu dapat pergi ke sana, temuilah dia, la mempunyai tanda-tanda yang jelas dan gamblang: ia tidak mau makan shadaqah, sebaliknya bersedia menerima hadiah dan di pundaknya ada cap kenabian yang bila kau melihatnya, segeralah kau mengenalinya’:
Kebetulan pada suatu hari lewatlah suatu rombongan berkendaraan, lalu kutanyakan dari mana mereka datang. Tahulah aku bahwa mereka dari jazirah Arab, maka kataku kepada mereka: “Maukah kalian membawaku ke negeri kalian, dan sebagai imbalannya kuberikan kepada kalian sapi-sapi dan kambing-kambingku ini?” “Baiklah”, ujar mereka.
Demikianlah mereka membawaku serta dalam perjalanan hingga sampai di suatu negeri yang bernama Wadil Qura. Di sana aku mengalami penganiayaan, mereka menjualku kepada seorang yahudi. Ketika tampak olehku banyak pohon kurma, aku berharap kiranya negeri ini yang disebutkan pendeta kepadaku dulu, yakni yang akan menjadi tempat hijrah Nabi yang ditunggu. Ternyata dugaanku meleset.
Mulai saat itu aku tinggal bersama orang yang membeliku, hingga pada suatu hari datang seorang yahudi Bani Quraizhah yang membeliku pula daripadanya. Aku dibawanya ke Madinah, dan demi Allah baru saja kulihat negeri itu, aku pun yakin itulah negeri yang disebutkan dulu.
Aku tinggal bersama yahudi itu dan bekerja di perkebunan kurma milik Bani Quraizhah, hingga datang saat dibangkitkannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang datang ke Madinah dan singgah pada Bani ‘Amar bin ‘Auf di Quba.
Pada suatu hari, ketika aku berada di puncak pohon kurma sedang majikanku lagi duduk di bawahnya, tiba-tiba datang seorang yahudi saudara sepupunya yang mengatakan padanya:
“Bani Qilah celaka! Mereka berkerumun mengelilingi seorang laki-laki di Quba yang datang dari Mekah dan mengaku sebagai Nabi Demi Allah, baru saja ia mengucapkan kata-kata itu, tubuhku-pun bergetar keras hingga pohon kurma itu bagai bergoncang dan hampir saja aku jatuh menimpa majikanku. Aku segera turun dan kataku kepada orang tadi: “Apa kata anda?” Ada berita apakah?” Majikanku mengangkat tangan lalu meninjuku sekuatnya, serta bentaknya: “Apa urusanmu dengan ini, ayoh kembali ke pekerjaanmu!” Maka aku pun kembalilah bekerja …
Setelah hari petang, kukumpulkan segala yang ada padaku, lalu keluar dan pergi menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Quba. Aku masuk kepadanya ketika beliau sedang duduk bersama beberapa orang anggota rombongan. Lalu kataku kepadanya: “Tuan-tuan adalah perantau yang sedang dalam kebutuhan. Kebetulan aku mempunyai persediaan makanan yang telah kujanjikan untuk sedeqah. Dan setelah mendengar keadaan tuan-tuan, maka menurut hematku, tuan-tuanlah yang lebih layak menerimanya, dan makanan itu kubawa ke sini”. Lalu makanan itu kutaruh di hadapannya.
“Makanlah dengan nama Allah”. sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada para shahabatnya, tetapi beliau tak sedikit pun mengulurkan tangannya menjamah makanan itu. “Nah, demi Allah!” kataku dalam hati, inilah satu dari tanda-tandanya … bahwa ia tah mau memakan harta sedeqah’:
Aku kembali pulang, tetapi pagi-pagi keesokan harinya aku kembali menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil membawa makanan, serta kataku kepadanya: “Kulihat tuan tak hendak makan sedeqah, tetapi aku mempunyai sesuatu yang ingin kuserahkan kepada tuan sebagai hadiah”, lalu kutaruh makanan di hadapannya. Maka sabdanya kepada shahabatnya: ‘Makanlah dengan menyebut nama Allah ! ‘ Dan beliaupun turut makan bersama mereka. “Demi Allah’: kataku dalam hati, inilah tanda yang kedua, bahwa ia bersedia menerima hadiah ‘:
Aku kembali pulang dan tinggal di tempatku beberapa lama. Kemudian kupergi mencari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kutemui beliau di Baqi’, sedang mengiringkan jenazah dan dikelilingi oleh shahabat-shahabatnya. Ia memakai dua lembar kain lebar, yang satu dipakainya untuk sarung dan yang satu lagi sebagai baju.
Kuucapkan salam kepadanya dan kutolehkan pandangan hendak melihatnya. Rupanya ia mengerti akan maksudku, maka disingkapkannya kain burdah dari lehernya hingga nampak pada pundaknya tanda yang kucari, yaitu cap henabian sebagai disebutkan oleh pendeta dulu.
Melihat itu aku meratap dan menciuminya sambil menangis. Lalu aku dipanggil menghadap oleh Rasulullah. Aku duduk di hadapannya, lalu kuceriterakan kisahku kepadanya sebagai yang telah kuceriterakan tadi.
Kemudian aku masuk Islam, dan perbudakan menjadi penghalang bagiku untuk menyertai perang Badar dan Uhud. Lalu pada suatu hari Rasulullah menitahkan padaku:’Mintalah pada majihanmu agar ia bersedia membebashanmu dengan menerima uang tebusan.”
Maka kumintalah kepada majikanku sebagaimana dititahkan Rasulullah, sementara Rasulullah menyuruh para shahabat untuk membantuku dalam soal keuangan.
Demikianlah aku dimerdekakan oleh Allah, dan hidup sebagai seorang Muslim yang bebas merdeka, serta mengambil bagian bersama Rasulullah dalam perang Khandaq dan peperangan lainnya.
Dengan kalimat-kalimat yang jelas dan manis, Salman radhiyallahu ‘anhu menceriterakan kepada kita usaha keras dan perjuangan besar serta mulia untuk mencari hakikat keagamaan, yang akhirnya dapat sampai kepada Allah Ta’ala dan membekas sebagai jalan hidup yang harus ditempuhnya ….
Corak manusia ulung manakah orang ini? Dan keunggulan besar manakah yang mendesak jiwanya yang agung dan melecut kemauannya yang keras untuk mengatasi segala kesulitan dan membuatnya mungkin barang yang kelihatan mustahil? Kehausan dan kegandrungan terhadap kebenaran manakah yang telah menyebabkan pemiliknya rela meninggalkan kampung halaman berikut harta benda dan segala macam kesenangan, lalu pergi menempuh daerah yang belum dikenal — dengan segala halangan dan beban penderitaan — pindah dari satu daerah ke daerah lain, dari satu negeri ke negeri lain, tak kenal letih atau lelah, di samping tak lupa beribadah secara tekun …?
Sementara pandangannya yang tajam selalu mengawasi manusia, menyelidiki kehidupan dan aliran mereka yang berbeda, sedang tujuannya yang utama tak pernah beranjak dari semula, yang tiada lain hanya mencari kebenaran. Begitu pun pengurbanan mulia yang dibaktikannya demi mencapai hidayah Allah, sampai ia diperjual belikan sebagai budak belian …Dan akhirnya ia diberi Allah ganjaran setimpal hingga dipertemukan dengan al-Haq dan dipersuakan dengan Rasul-Nya, lalu dikaruniai usia lanjut, hingga ia dapat menyaksikan dengan kedua matanya bagaimana panji-panji Allah berkibaran di seluruh pelosok dunia, sementara ummat Islam mengisi ruangan dan sudut-sudutnya dengan hidayah dan petunjuk Allah, dengan kemakmuran dan keadilan.. .!
Bagaimana akhir kesudahan yang dapat kita harapkan dari seorang tokoh yang tulus hati dan keras kemauannya demikian rupa? Sungguh, keislaman Salman radhiyallahu ‘anhu adalah keislamannya orang-orang utama dan taqwa. Dan dalam kecerdasan, kesahajaan dan kebebasan dari pengaruh dunia, maka keadaannya mirip sekali dengan Umar bin Khatthab.
Ia pernah tinggal bersama Abu Darda di sebuah rumah beberapa hari lamanya. Sedang kebiasaan Abu Darda beribadah di waktu malam dan shaum di waktu siang. Salman radhiyallahu ‘anhu melarangnya berlebih-lebihan dalam beribadah seperti itu.
Pada suatu hari Salman radhiyallahu ‘anhu bermaksud hendak mematahkan niat Abu Darda untuk shaum sunnat esok hari. Dia menyalahkannya: “Apakah engkau hendak melarangku shaum dan shalat karena Allah?” Maka jawab Salman radhiyallahu ‘anhu: “Sesungguhnya kedua matamu mempunyai hak atas dirimu, demikian pula keluargamu mempunyai hak atas dirimu. Di samping engkau shaum, berbukalah; dan di samping melakukan shalat, tidurlah!”
Peristiwa itu sampai ke telinga Rasulullah, maka sabdanya: Sungguh Salman radhiyallahu ‘anhu telah dipenuhi dengan ilmu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri sering memuji kecerdasan Salman radhiyallahu ‘anhu serta ketinggian ilmunya, sebagaimana beliau memuji Agama dan budi pekertinya yang luhur. Di waktu perang Khandaq, kaum Anshar sama berdiri dan berkata: “Salman radhiyallahu ‘anhu dari golongan kami”. Bangkitlah pula kaum Muhajirin, kata mereka: “Tidak, ia dari golongan kami!” Mereka pun dipanggil oleh Rasurullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan sabdanya: Salman adalah golongan kami, ahlul Bait.
Dan memang selayaknyalah jika Salman radhiyallahu ‘anhu mendapat kehormatan seperti itu …!
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu menggelari Salman radhiyallahu ‘anhu dengan “Luqmanul Hakim”. Dan sewaktu ditanya mengenai Salman, yang ketika itu telah wafat, maka jawabnya: “Ia adalah seorang yang datang dari kami dan kembali kepada kami Ahlul Bait. Siapa pula di antara kalian yang akan dapat menyamai Luqmanul Hakim. Ia telah beroleh ilmu yang pertama begitu pula ilmu yang terakhir. Dan telah dibacanya kitab yang pertama dan juga kitab yang terakhir. Tak ubahnya ia bagai lautan yang airnya tak pernah kering”.
Dalam kalbu para shahabat umumnya, pribadii Salman radhiyallahu ‘anhu telah mendapat kedudukan mulia dan derajat utama. Di masa pemerintahan Khalifah Umar radhiyallahu ‘anhu ia datang berkunjung ke Madinah. Maka Umar melakukan penyambutan yang setahu kita belum penah dilakukannya kepada siapa pun juga. Dikumpulkannya para shahabat dan mengajak mereka: “Marilah kita pergi menyambut Salman radhiyallahu ‘anhu!” Lalu ia keluar bersama mereka menuju pinggiran kota Madinah untuk menyambutnya …
Semenjak bertemu dengan Rasulullah dan iman kepadanya, Salman radhiyallahu ‘anhu hidup sebagai seorang Muslim yang merdeka, sebagai pejuang dan selalu berbakti. Ia pun mengalami kehidupan masa Khalifah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu; kemudian di masa Amirul Mu’minin Umar radhiyallahu ‘anhu; lalu di masa Khalifah Utsman radhiyallahu ‘anhu, di waktu mana ia kembali ke hadlirat Tuhannya.
Di tahun-tahun kejayaan ummat Islam, panji-panji Islam telah berkibar di seluruh penjuru, harta benda yang tak sedikit jumlahnya mengalir ke Madinah sebagai pusat pemerintahan baik sebagai upeti ataupun pajak untuk kemudian diatur pembagiannya menurut ketentuan Islam, hingga negara mampu memberikan gaji dan tunjangan tetap. Sebagai akibatnya banyaklah timbul masalah pertanggungjawaban secara hukum mengenai perimbangan dan cara pembagian itu, hingga pekerjaan pun bertumpuk dan jabatan tambah meningkat.
Maka dalam gundukan harta negara yang berlimpah ruah itu, di manakah kita dapat menemukan Salman radhiyallahu ‘anhu? Di manakah kita dapat menjumpainya di saat kekayaan dan kejayaan, kesenangan dan kemakmuran itu …?
Bukalah mata anda dengan baik! Tampaklah oleh anda seorang tua berwibawa duduk di sana di bawah naungan pohon, sedang asyik memanfaatkan sisa waktunya di samping berbakti untuk negara, menganyam dan menjalin daun kurma untuk dijadikan bakul atau keranjang.
Nah, itulah dia Salman radhiyallahu ‘anhu Perhatikanlah lagi dengan cermat! Lihatlah kainnya yang pendek, karena amat pendeknya sampai terbuka kedua lututnya. Padahal ia seorang tua yang berwibawa, mampu dan tidak berkekurangan. Tunjangan yang diperolehnya tidak sedikit, antara empat sampai enam ribu setahun. Tapi semua itu disumbangkannya habis, satu dirham pun tak diambil untuk dirinya. Katanya: “Untuk bahannya kubeli daun satu dirham, lalu kuperbuat dan kujual tiga dirham.
Yang satu dirham kuambil untuk modal, satu dirham lagi untuk nafkah keluargaku, sedang satu dirham sisanya untuk shadaqah. Seandainya Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu melarangku berbuat demikian, sekali-kali tiadalah akan kuhentikan!”
Lalu bagaimana wahai ummat Rasulullah? Betapa wahai peri kemanusiaan, di mana saja dan kapan saja? Ketika mendengar sebagian shahabat dan kehidupannya yang amat bersahaja, seperti Abu Bakar, Umar, Abu Dzar radhiyallahu ‘anhum dan lain-lain; sebagian kita menyangka bahwa itu disebabkan suasana lingkungan padang pasir, di mana seorang Arab hanya dapat menutupi keperluan dirinya secara bersahaja.
Tetapi sekarang kita berhadapan dengan seorang putera Persi, suatu negeri yang terkenal dengan kemewahan dan kesenangan serta hidup boros, sedang ia bukan dari golongan miskin atau bawahan, tapi dari golongan berpunya dan kelas tinggi. Kenapa ia sekarang menolak harta, kekayaan dan kesenangan; bertahan dengan kehidupan bersahaja, tiada lebih dari satu dirham tiap harinya, yang diperoleh dari hasil jerih payahnya sendiri.. .? kenapa ditolaknya pangkat dan tak bersedia menerimanya?
Katanya: “Seandainya kamu masih mampu makan tanah asal tak membawahi dua orang manusia –, maka lakukanlah!” Kenapa ia menolak pangkat dan jabatan, kecuali jika mengepalai sepasukan tentara yang pergi menuju medan perang? Atau dalam suasana tiada seorang pun yang mampu memikul tanggung jawab kecuali dia, hingga terpaksa ia melakukannya dengan hati murung dan jiwa merintih? Lalu kenapa ketika memegang jabatan yang mesti dipikulnya, ia tidak mau menerima tunjangan yang diberikan padanya secara halal?
Diriwayatkan eleh Hisyam bin Hisan dari Hasan: “Tunjangan Salman radhiyallahu ‘anhu sebanyak lima ribu setahun, (gambaran kesederhanaannya) ketika ia berpidato di hadapan tigapuluh ribu orang separuh baju luarnya (aba’ah) dijadikan alas duduknya dan separoh lagi menutupi badannya. Jika tunjangan keluar, maka dibagi-bagikannya sampai habis, sedang untuk nafqahnya dari hasil usaha kedua tangannya”.
Kenapa ia melakukan perbuatan seperti itu dan amat zuhud kepada dunia, padahal ia seorang putera Persi yang biasa tenggelam dalam kesenangan dan dipengaruhi arus kemajuan? Marilah kita dengar jawaban yang diberikannya ketika berada di atas pembaringan menjelang ajalnya, sewaktu ruhnya yang mulia telah bersiap-siap untuk kembali menemui Tuhannya Yang Maha Tinggi lagi Maha Pengasih.
Sa’ad bin Abi Waqqash datang menjenguknya, lalu Salman radhiyallahu ‘anhu menangis. “Apa yang anda tangiskan, wahai Abu Abdillah”,’) tanya Sa’ad, “padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat dalam keadaan ridla kepada anda?” “Demi Allah, ujar Salman radhiyallahu ‘anhu, “daku menangis bukanlah karena takut mati ataupun mengharap kemewahan dunia, hanya Rasulullah telah menyampaikan suatu pesan kepada kita, sabdanya:
Hendaklah bagian masing-masingmu dari kekayaan dunia ini seperti bekal seorang pengendara, padahal harta milikku begini banyaknya”
Kata Sa’ad: “Saya perhatikan, tak ada yang tampak di sekelilingku kecuali satu piring dan sebuah baskom. Lalu kataku padanya: “Wahai Abu Abdillah, berilah kami suatu pesan yang akan kami ingat selalu darimu!” Maka ujamya: “Wahai Sa’ad!
Ingatlah Allah di kala dukamu, sedang kau derita.
Dan pada putusanmu jika kamu menghukumi.
Dan pada saat tanganmu melakukan pembagian”.
Rupanya inilah yang telah mengisi kalbu Salman radhiyallahu ‘anhu mengenai kekayaan dan kepuasan. Ia telah memenuhinya dengan zuhud terhadap dunia dan segala harta, pangkat dengan pengaruhnya; yaitu pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepadanya dan kepada semua shahabatnya, agar mereha tidak dikuasai oleh dunia dan tidak mengambil bagian daripadanya, kecuali sekedar bekal seorang pengendara.
Salman radhiyallahu ‘anhu telah memenuhi pesan itu sebaik-baiknya, namun air matanya masih jatuh berderai ketika ruhnya telah siap untuk berangkat; khawatir kalau-kalau ia telah melampaui batas yang ditetapkan. Tak terdapat di ruangannya kecuali sebuah piring wadah makannya dan sebuah baskom untuk tempat minum dan wudlu .:., tetapi walau demikian ia menganggap dirinya telah berlaku boros …. Nah, bukankah telah kami ceritakan kepada anda bahwa ia mirip sekali dengan Umar?
Pada hari-hari ia bertugas sebagai Amir atau kepala daerah di Madain, keadaannya tak sedikit pun berubah. Sebagai telah kita ketahui, ia menolak untuk menerima gaji sebagai amir, satu dirham sekalipun. Ia tetap mengambil nafkahnya dari hasil menganyam daun kurma, sedang pakaiannya tidak lebih dari sehelai baju luar, dalam kesederhanaan dan kesahajaannya tak berbeda dengan baju usangnya.
Pada suatu hari, ketika sedang berjalan di suatu jalan raya, ia didatangi seorang laki-laki dari Syria yang membawa sepikul buah tin dan kurma. Rupanya beban itu amat berat, hingga melelahkannya. Demi dilihat olehnya seorang laki-laki yang tampak sebagai orang biasa dan dari golongan tak berpunya, terpikirlah hendak menyuruh laki-laki itu membawa buah-buahan dengan diberi imbalan atas jerih payahnya bila telah sampai ke tempat tujuan. Ia memberi isyarat supaya datang kepadanya, dan Salman radhiyallahu ‘anhu menurut dengan patuh. “Tolong bawakan barangku ini!”, kata orang dari Syria itu. Maka barang itu pun dipikullah oleh Salman radhiyallahu ‘anhu, lalu berdua mereka berjalan bersama-sama.
Di tengah perjalanan mereka berpapasan dengan satu rombongan. Salman radhiyallahu ‘anhu memberi salam kepada mereka, yang dijawabnya sambil berhenti: “Juga kepada amir, kami ucapkan salam” “Juga kepada amir?” Amir mana yang mereka maksudkan?” tanya orang Syria itu dalam hati. Keheranannya kian bertambah ketika dilihatnya sebagian dari anggota rombongan segera menuju beban yang dipikul oleh Salman radhiyallahu ‘anhu dengan maksud hendak menggantikannya, kata mereka: “Berikanlah kepada kami wahai amir!”
Sekarang mengertilah orang Syria itu bahwa kulinya tiada lain Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu, amir dari kota Madain. Orang itu pun menjadi gugup, kata-kata penyesalan dan permintaan maaf bagai mengalir dari bibirnya. Ia mendekat hendak menarik beban itu dari tangannya, tetapi Salman radhiyallahu ‘anhu menolak, dan berkata sambil menggelengkan kepala: “Tidak, sebelum kuantarkan sampai ke rumahmu!
Suatu ketika Salman radhiyallahu ‘anhu pernah ditanyai orang: Apa sebabnya anda tidak menyukai jabatan sebagai amir? Jawabnya: “Karena manis wahtu memegangnya tapi pahit waktu melepaskannya!”
Pada waktu yang lain, seorang shahabat memasuki rumah Salman radhiyallahu ‘anhu, didapatinya ia sedang duduk menggodok tepung, maka tanya shahabat itu: Ke mana pelayan? Ujarnya: “Saya suruh untuk suatu keperluan, maka saya tak ingin ia harus melakukan dua pekerjaan sekaligus”
Apa sebenarnya yang kita sebut “rumah” itu? Baiklah kita ceritakan bagaimana keadaan rumah itu yang sebenamya. Ketika hendak mendirikan bangunan yang berlebihan disebut sebagai “rumah” itu, Salman radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada tukangnya: “Bagaimana corak rumah yang hendak anda dirikan?” Kebetulan tukang bangunan ini seorang ‘arif bijaksana, mengetahui kesederhanaan Salman radhiyallahu ‘anhu dan sifatnya yang tak suka bermewah mewah. Maka ujarnya: “Jangan anda khawatir! rumah itu merupakan bangunan yang dapat digunakan bernaung di waktu panas dan tempat berteduh di waktu hujan. Andainya anda berdiri, maka kepala anda akan sampai pada langit-langitnya; dan jika anda berbaring, maka kaki anda akan terantuk pada dindingnya”. “Benar”, ujar Salman radhiyallahu ‘anhu, “seperti itulah seharusnya rumah yang akan anda bangun!”
Tak satu pun barang berharga dalam kehidupan dunia ini yang digemari atau diutamakan oleh Salman radhiyallahu ‘anhu sedikit pun, kecuali suatu barang yang memang amat diharapkan dan dipentingkannya, bahkan telah dititipkan kepada isterinya untuk disimpan di tempat yang tersembunyi dan aman.
Ketika dalam sakit yang membawa ajalnya, yaitu pada pagi hari kepergiannya, dipanggillah isterinya untuk mengambil titipannya dahulu. Kiranya hanyalah seikat kesturi yang diperolehnya waktu pembebasan Jalula dahulu. Barang itu sengaja disimpan untuk wangi-wangian di hari wafatnya. Kemudian sang isteri disuruhnya mengambil secangkir air, ditaburinya dengan kesturi yang dikacau dengan tangannya, lalu kata Salman radhiyallahu ‘anhu kepada isterinya: “Percikkanlah air ini ke sekelilingku … Sekarang telah hadir di hadapanku makhluq Allah’) yang tiada dapat makan, hanyalah gemar wangi-wangian Setelah selesai, ia berkata kepada isterinya: “Tutupkanlah pintu dan turunlah!” Perintah itu pun diturut oleh isterinya.
Dan tak lama antaranya isterinya kembali masuk, didapatinya ruh yang beroleh barkah telah meninggalkan dunia dan berpisah dari jasadnya … Ia telah mencapai alam tinggi, dibawa terbang oleh sayap kerinduan; rindu memenuhi janjinya, untuk bertemu lagi dengan Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan dengan kedua shahabatnya Abu Bakar dan Umar, serta tokoh-tolroh mulia lainnya dari golongan syuhada dan orang-orang utama ….
Salman radhiyallahu ‘anhu …. Lamalah sudah terobati hati rindunya Terasa puas, hapus haus hilang dahaga. Semoga Ridla dan Rahmat Allah menyertainya.
1) yang dimaksud makhluq Allah di sini, Malaikat.

post by Situs islam

Cinta hangat Sipemula_part II Terlena karna Cinta


Cinta, yang sekarang jadi pujaan baginya, terlalu menghayati betapa indah cinta yang sedang dia rasakan, hingga rasa gundah, gelisah, dan merana tidak terhampiri kepadanya.
Dalam hal cinta, tentu dia adalah pemula, dalam hal cinta juga para penikmatnya menyimpulkan dengan sebutan “Cinta pertama”, jadi segala hal yang membuat hati senang dan gembira, itu murni karna keindahan cinta, begitu dugaan dari hati si insan.
Al-kisah seorang pelajar yang tidak paham sebenarnya cinta itu apa, kenapa, dan untuk siapa?. Dalam kisah ini Ali yang masih duduk dibangku smu jadi peran dalam kisah.
Senin hari, upacara pun berakhir dilaksanakan tepat jam 08:45 WIB, kala itu Ali yang terlihat semangat menyapa seorang cewe dengan paras cantik, putih dan lucu, tidak lain dan tidak bukan cewe itu hanyalah kekasihnya, cewe itu sering disapa temannya dengan sebutan Anum. Antara mereka berdua ini yang saling mencintai terlihat sangat romantislah istilah kata dalam cinta, mereka sering berduaan dikala jam pelajaran mereka kosong.
Pada waktu yang lain, Ali dan Anum ini memang selalu terlihat bersama bahkan ada kawannya yang iri dengan tingkah mereka. Tidak lama dari itu disekolah mereka akan diakan acara besar, Maulid nabi Muahammad, di antara siswa terlihat gembira saat mnedengar khabar tersebut, apalagi dengan sepasang sejoli yang lagi hangat-hangatnya dengan hubungan kasih sayangnya itu, mereka tampak bahagia, layaknya waktu yang panjang bagi mereka untuk berduaan.
Ali           : sayang, aku bahagia sekali saat ini.
Anum    : aku juga sayang.
Ali           : cinta ini indah, dari segala sisi dia selalu mencurahkan kehangatan dalam kesejukan.
Anum    : sayang, aku juga merasa sangat bahagia saat ini karena karna ayang.
Ali           : mungkinkah cinta ini akan berpanjangan?
Anum    : jangan berkata seperti itu yank, cinta kita akan terus mebawa kita dalam keindahan.
Ali           : amin, ayank, aku tidak mau kehilanganmu.
Anum    : aku juga yank, tidak sanggup bila jauh denganmu, ayank jangan pernah bosan dengan aku ya, jangan pernah ada rasa untuk meninggalkan aku, sungguh itu tidak bisa aku terima jadi kenyataan yank.
Ali           : aku tidak akan meninggalkanmu yank, tidak pernah bisa itu terjadi.
Saat itu mereka saling mengisi satu sama lain dengan rasa cinta yang mereka terima. Sungguh saat itu cinta mereka sulit untuk terbasmi, mereka saling menyayangi dan mencintai.
                Hari-hari pun berganti, kebersamaan selalu mereka terima berdua, lengkap kata DUNIA ini milik mereka berdua.
Pada suatu ketika, di sedang mereka duduk berdua didepan kelas, tiba-tiba ada pengumuman tentang perlombaan yang lagi terpopupler dibangku smu itu O2SN, yang mencakup beberapa perlombaan dari mulai olah raga sampai mata pelajaran.
Dikala itu Ali tertarik dengan pelombaan dalam bidang olah raga, berhubung dia atlit dalam Pencak Silat, dia minta izin kepada kekasihnya tersebut, guna mengikuti O2SN yang akan di selenggarakan di kota pusat Banda Aceh.
                Ali           : ayank, mantap itu.
                Anum    : apanya yang mantap yank?
                Ali           : aku tertarik ingin mengikuti perlombaan itu yank.
                Anum    : yakin yank?
                Ali           : insya allah saya pasti lewat di hari seleksi nanti.
                Anum    : tapi aku khawatir sama ayank, nanti ayank kenapa-napa, apa lagi dalam silat, pasti nanti parah kejadian.
                Ali           : tenang saja yank, tidak akan terjadi apa-apa, ayank bolehkan aku ikut?
                Anum    : ya sudah, tapi yank?
                Ali           : kenapa yank?
                Anum    : kita nanti sudah jarang ketemu, kalau misalnya ayank lewat selaksi nanti dan berangkat ke pusat.
                Ali           : tidak lama yank, paling Cuma seminggu, tidak apa-apa yank ya?
                Anum    : iya yank.
Beberapa minggu akan di selenggarakan acara, seleksi pun mulai di dilaksanakan oleh pihak dinas pendidikan.
Ali hadir untuk mengikuti seleksi dan Anum pun memberi izin untuk itu, walau mereka tidak bisa jumpa untuk sesaat waktu. Singkat cerita, dalam seleksi Ali lolos untuk berangkat ke pusat mengkuti Olimpiadeolah raga Siswa Nasinal.
Seminggu sebelum berangkat, para atlit yang lolos dari seleksi, mereka di beri waktu empat hari oleh kepala dinas, guna dalam pelatihan focus yang sering disebut TC (Training Center).
                Sejak Ali lolos mengikuti O2SN, Anum jadi sangat kesepian dikala hari-harinya disekolah yang biasa selalu berduaan, tapi sekarang hanya seorang diri, hanya bisa merindukan.
Namun, hal terbaik juga karena tempat diadakan TC pun bertepatan di tempat tinggalnya Anum, rasa senang dari Anum pun mulai tercurah, disamping itu saat jam istirahat latihan, Ali sering berkunjung ke sekolah, guna menjenguk Anum, tapi mereka tidak bisa berduaan juga, karna mesti menjaga jarak, karena Ali tidak memakai seragam sekolah, takutnya diambil alih sama penjaga.
                Selama Ali menjalankan pelatihan, Anum terlihat dampak tidak akan kejadian seperti itu, Anum jadi marah hal sedikit tercurah dalam hati kecil, kadang dalam komunikasi mereka tidak eperti yang dulu, Anum terlihat sering cuek dibanding hari-hari biasa dalam bubungan mereka.
                Ali           : sedang ngapin ayank?
                Anum    : duduk saja.
                Ali           : eummm, ayank apa kabar hari ini?
                Anum    : enggak baik banget?
                Ali           : kenapa, ada yang salah dengan ku?
                Anum    : enggak tau ahh.
                Ali           : ayank, jangan marah dong
Hari yang ditunggu pun tiba, senin pagi mereka para atlit yang lolos seleksi tiba di kantor pusat dinas, banyak pengarahan dan amanah yang disampaikan kepala dinas.
Rasa gundah, gelisah dari Ali pun terasa dengan hati yang merindu akan kekasihnya Anum, rasanya Ali tidak tega meninggalkan, walau itu hanya beberapa hari saja. Akhirnya acara pelepasan atlit pun telah berakhir, seluruh atlit berjabat tangan dan meminta do’a restunya dari kepala dinas.
                Dan akhirnya mereeka pun berangkat dengan ucapan salam kepada kepala dinas, Ali yang terlihat lesu tidak bersemangat dan menghubungi Anum;
                Ali           : ayank, aku berangkat ya
                Anum    : iya yank, semoga sukses  ya
                Ali           : amin, ayank jangan merasa kesepian ya, walau kita tidak bisa berkata dekat seiring bahu, namun tetap juga kita akan selalu mengiri hati.
                Anum    : iya, ayank jangan selingkuh ya disana!
                Ali           : tidak akan yank, aku akan menjaga cintamu, dan aku harap ayank juga bisa menjaga cintaku ya.
                Anum    : pasti itu yank, ayank jangan lupa makan ya.
Mendengar Anum berkata demikian Ali jadi bersemangat lagi, rasanya dia akan menang sebelum bertandinng. Singkat cerita, disana Ali masuk ke final dalam olimpide tersebut, tapi sayang dia kalah bendera dari sang juri, mungkin itulah resiko atlit, kalau tidak kalah murni, berarti akan kalah melwan para wasit juri. Dengan hati sedih Ali sabar tampa kata berdiam diri dipojok, dalam hatinyam tersentak “Kenapa ini”? , dia bingung dengan keadaan yang ia terima.
keesokan harinya, dimana hari terakhir para atlit kumpul bersama, disitu mereka semua berkumpul, menunggu pengumuman juara. Pada pagi itu nama Ali pun terpanggil, sebagai pemegang juara III, dan Ali pun dengan senang hati naik ke panggung juara.
                Jam hampir meunjukkan waktu dhuhur, para anggota robongan Ali sebelum pulang, orang ini di ajak jalan-jalan lah sebelum pulang, saat itu dengan terdiam Ali melihat sebuah boneka yang cantik sekali, kala itu Ali terbayang akan wajah kekasihnya yang telah berlalu beberapa hari tidak bertemu.
Dengan smartphon genggamnya, Ali menelfon Anum;
                Anum    : assalmu’alaikum sayang
                Ali           : wa’alaikum salam yank, sedang ngapain yank?
                Anum    : sedang duduk saja sama kawan-kawan.
Dari logat Anum berkomukasi saat itu, Iramanya terdengar gembira dengan hati yang enak tampa ngeluh, dalam hati ali bertanya “ Ada apa gerangan, Anum gembira sekali “
                Ali           : o o.. yank, aku sudah mau pulang ni, munggkin jam 10x lah aku tiba dikampung halaman.
                Anum    : kok cepat sekali yank pulangnya?
                Ali           : kan acaranya Cuma empat hari yank, oia, aku dapat juara III yank, kalah saat semifinal.
                Anum    : Bagus lah yank, dari pada tidak dapat apa-apa.
                Ali           : iya juga yank.
                Anum    : ayank, sudah dulu ya, nati kita telfonan lagi.
Dengan terherannya Ali berprasangka dalam hati, kenapa dengan dia, Dia yang ku kenal telah berubah, apa yang telah terjadi.
                Ali           : iya yank.
Waktu pu telah menunjukkan jam 22:14 WIB, namun kala itu kunjung juga sampai ketempat tujuan. Sampai akhirnya jam 00:05 WIB terarah oleh jarum jam, saat itu tibalah di tempat tujuan, dengan hati yang resah, Ali pulang kerumah dengan keadaan malam yang mulai sunyi.
                Keesokan harinya, Ali tidak juga kunjung hadir disekolah, mungkin karna kelelahan dan rasa ngantuk yang membara membuatnya belum bisa masuk sekolah.
Rasa kangen akan kekasihnya pun mulai membara, dan membuatnya merasa bersalah dengan kedaan yang iya jalankan.
                Ali           : halo sayang.!
                Anum    : halo juga.
                Ali           : sedang ngapain yank?
                Anum    : sama kawan-kawan ni lagi duduk saja.
                Ali           : maaf ya yank, gara-gara ku kita masih belum bisa bertemu.
                Anum    : iya, enggak apa-apa kok
                Ali           : ayank marah ya?
                Anum    : enggak kok
                Ali           : terus ayank kenpa cuek banget ma aku akhir-akhir ini?
                Anum    : hanya perasaan ayank saja mungkin.
Dengan santainya Anum mejawab pertanyaan Ali, ali juga masih bingung dan merasakan ada sesuatu yang terjadi.
Beberapa hari kemudian Anum mengirim pesan singkat ke Ali dengan Tiba-tiba;
                Anum    : jangan sms or telfon dulu ya sebelum aku yang sms.
                Ali           : apa yang terjadi, hingga ayank berpesan demikian.
                Anum    : jangan tanyakan lagi
Dengan rasa sedih Ali menutup pesan dari smart genggamnya.
Ø  Pertanyaan kepada pembaca?
1.       Apa yang anda rasakan bila anda yang berperan disitu?
2.       Apa yang hendak anda lakukan dikala itu?
3.       Dan kemana anda harus membagi masalah yang demikian?
Mohon jawabannya dikomentar.
                Lanjut kisah, jam 08:00 pagi minggu, Anum mengirim pesan singkat untuk Ali. Kebetulan saat itu Ali masih tertidur, tiba-tiba Ali terjaga dengan nada disamping telinganya, tidak lain itu hanyalah nada hapenya sendiri, tampa mengusap mata dia membuka pesan yang masuk barusan, yang ternyata pesan dari Anum, dari waktu 24 jam Ali menunggu pesannya dari Anum, saat itu ternyata tampa ditunggu tiba dengan isi pesan;
“sebelumnya aku minta mf ali, sebenarnya aku masih sayang banget sama ali, akan tetapi hubungan cinta kita rasanya tidak mungkin kita lanjutkan lagi, lebih baik kita bersahabt untuk sekarang, maaf ya, bukannya akumengingkari janji, mungkin inilah yang terbaik bagi kita”.
                Subhanallah, tampa alasan yang pasti Anum minta pisah dari hubungan cinta yang selama ini membuat mereka terlena, kenapa Anum setega itu membuat Ali jadi luka dalam hati, jelas ungkapan saat itu, “kejam”, kenapa berakhir tampa alsan yang pasti.
“Tampa badai perahu terdampar dilautan, tiada api, cinta terbakar didalam lubuk hati”.
Hanya air mata yang berlinang, Ali tidak kuasa bertanya apa-apa. Tampa hrus melangkah, tidak tau akan yang terbaik bahwa hal nanti, Ali berangkat;
                Ali           : assalamu’alaikum
Terdengar suara seorang ibu yang menjawab, mungkin itu ibunya Anum.
                Ibu A     : wa’alaikum salam
                Anum    : Anumnya ada buk?
                Ibu A     : ada, sebentar ya saya panggil, (Num, ada yang menunggu dibawah)
                Anum    : siapa ma?
                Ibu A     : turun lah dulu.
Dengan terkejut Anum melihat bahwa yang menunggu adalah Ali dengan senyuman indah saat itu tercurah dari wajah Ali.
                Anum    : ada apa kemari?
                Ali           : Anum yakin dengan kata-kata itu?
                Anum    : memang itu harus, di antara kita tidak ada kecocokan lagi.
                Ali           : berika aku sebuah ungkapan pasti agar aku bisa menirma keadaan ini, mengapa ini semua terjadi?
                Anum    : tidak ada yang perlu di ungkapkan lagi, semua berakhir disini.
Dengan keras hati, Anum lansung masuk tampa berkata sesuatu untuk enaknya keadaan, dan Ali pun dengan sedih ditinggal sendiri diluar.
Subhanallah..!
mengapa itu harus terjadi? (komen)
Tampa menunggu lagi Ali pun pulang dengan hati yang relisah dan kecewa karna Cinta.
Berselang bulan mereka tampa khabar, dan pada satu kesempatan, salah satu dari kawan dekat anum bercerita tentangnya(Anum) kepada Ali lewat pesan singkat, sebut saja namanya Ana;
                “Ali, maafkan segala sesuatu yang terjadi karna ulah kawan ku Anum, sebenarnya aku sendiri pun tidak tega melihatmu disakiti demikian, karna aku tau semua tentang hubungan kamu dengan dia, kamu tidak pernah tau alasan sesungguhnya dia meninggalkanmu, dengan kata lembut dia minta berpisah dari hubungan cinta, sebenarnya pada waktu itu, Anum telah jatuh cinta pada seorang cowo yang lumayan cakep, saat itu dia merasa kesepian, dikala itu juga cowo itu masuk di antara Anum merasa kesepian, kalau tidak salah saat itu kamu lagi mengikuti perlobaan nasional gitu deh. Ya sekali lagi saya minta maaf dengan tingkah kawan ku, mohon jangan musuhi dia”.
Dengan wajah tersenyum Ali membaca pesan tersebut, dan berkata dalam hati “ kenapa” entah apa maksud dari kata hatinya tersebut. Akhir kisah, Ali kecewa karna rasa cinta, sedih karena rasa cinta, dan selanjutnya itu semua karena dia terlena dengan cintanya dan dia.
               
     

Artikel cinta
out of 10 based on 10 ratings. 1 user reviews.